REPUBLIKA.CO.ID, oleh Zainur Mahsir Ramadhan, Adysha Citra Ramadhani
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan imbauan agar Ibuprofen tidak digunakan untuk mengobati pasien Covid-19. Imbauan ini dikeluarkan setelah otoritas Prancis mengeluarkan peringatan bahwa penggunaan obat anti inflamasi ini dapat memperburuk dampak dari virus penyebab Covid-19.
Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait kasus Covid-19, dr Zubairi Djoerban, menyebut dalam masa penyebaran dan pertumbuhan virus corona, ada banyak obat yang perlu dihindari. Secara khusus dia mengimbau, jenis obat-obatan yang mengandung Ibuprofen untuk sementara dihindari jika dirasa ada gejala khusus terkait Covid-19 atau sejenisnya.
“Benar, sementara untuk hindari dulu obat yang mengandung Ibuprofen sampai ada bukti (penelitian) baru,” ujar dia ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Kamis (19/3).
Menurut dia, alasan untuk menghindari obat tersebut adalah dugaan terkait adanya upaya mempermudah replikasi virus dari Ibuprofen tersebut. Mengutip penelitian WHO dia melanjutkan, ada bukti sementara yang menyebut manfaat buruk bagi tubuh akibat mengonsumsi obat tersebut, khususnya ketika gejala Covid-19 seperti demam, batuk dan sesak napas mulai muncul.
“(Studi itu) menghipotesiskan bahwa suatu enzim yang dikuatkan oleh obat antiinflamsi seperti Ibuprofen dapat memfasilitasi dan memperburuk infeksi Covid-19,” tutur dia.
Karenanya dia menegaskan, dalam kekhawatiran Covid-19, terutama jika sudah muncul gejala, konsumsi obat tersebut sebaiknya dihindari terlebih dahulu. Tunggu sampai batas pembuktian dari penelitian WHO sebelumnya itu diperbaharui.
Iprofen dan parasetamol merupakan obat yang kerap digunakan untuk mengatasi demam dan memperbaiki gejala seperti flu. Imbauan WHO membuat National Health Service (NHS) atau lembaga kesehatan Inggris mengeluarkan imbauan untuk menghindari penggunaan Ibuprofen pada pasien Covid-19.
Untuk sementara penggunaan parasetamol lebih dianjurkan untuk pasien Covid-19. "Sampai kami mendapatkan lebih banyak informasi, gunakan parasetamol untuk merawat gejala virus corona, kecuali dokter mengatakan parasetamol tidak cocok untuk Anda," ungkap NHS dalam laman resminya, seperti dilansir BBC.
Berkenaan dengan isu ini, muncul beragam informasi seputar ibuprofen yang bersirkulasi di berbagai media sosial dan aplikasi berpesan singkat seperti Whatsapp Group. Sebagian informasi beredar memuat informasi yang keliru. Berikut ini adalah beberapa hoaks dan fakta seputar ibuprofen yang perlu diketahui.
Hoaks yang Beredar
Salah satu informasi yang beredar adalah empat pasien Covid-19 berusia muda yang tak memiliki riwayat penyakit lain mengalami perburukan kondisi akibat penggunaan Ibuprofen. Informasi lain menyatakan penggunaan Ibuprofen dapat mempercepat reproduksi virus penyebab Covid-19 di dalam tubuh, oleh karena itu kasus Covid-19 di Italia memburuk dalam waktu singkat. Informasi-informasi ini merupakan informasi keliru atau hoaks.
Beragam informasi keliru ini disebarkan dengan pola penulisan yang seragam. Informasi-informasi keliru ini biasanya mencatut nama dokter atau laboratorium tertentu dan disertai dengan klaim yang tampak berlebihan. Akan tetapi, informasi-informasi ini tidak disertai dengan bukti valid yang mendukung klaim tersebut.
Belum Ada Penelitian
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang secara spesifik dilakukan untuk melihat dampak ibuprofen terhadap Covid-19. Akan tetapi, beberapa studi terdahulu menemukan adanya hubungan yang kurang baik antara Ibuprofen dan risiko komplikasi pada kasus infeksi saluran pernapasan lain. Akan tetapi studi ini belum menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat antara ibuprofen dan komplikasi pada infeksi saluran pernapasan.
Beberapa ahli menilai sifat antiinflamasi pada Ibuprofen dapat memengaruhi respon imun tubuh. "Ada banyak studi yang menemukan bahwa penggunaan Ibuprofen pada infeksi saluran pernapasan dapat menyebabkan perburukan penyakit atau komplikasi lain," jelas Prof Parastou Donyai dari University of Reading.
Juru Bicara WHO Christian Lindmeier mengungkapkan WHO masih melakukan penilaian untuk memberikan panduan lebih jauh. Namun untuk sementara waktu, Lindmeier mengatakan penggunaan Ibuprofen untuk mengatasi gejala demam pada pasien Covid-19 sebaiknya dihindari.
"Kami lebih merekomendasikan penggunaan parasetamol, dan jangan gunakan Ibuprofen sebagai obat swamedikasi. Itu merupakan hal penting," ungkap Lindmeier.
Pandemi Covid-19 telah menginfeksi sekitar 190 ribu orang di seluruh dunia. Pandemi ini juga telah menyebabkan lebih dari 7.800 kematian.
Sebagian besar penderita Covid-19 hanya mengalami gejala ringan. Akan tetapi, sebagian lain mengalami gejala berat yang dapat berujung pada kondisi yang lebih berat dan bahkan kematian.