REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengatakan sejumlah pihak telah menawarkan bantuan alat tes (tes kit) virus corona tipe baru atau Covid-19 kepada Indonesia. Namun, pemerintah akan terlebih dahulu menghitung kebutuhan di dalam negeri.
Tawaran bantuan tersebut datang dari sejumlah negara diantaranya China dan Singapura, serta kelompok masyarakat dan pihak swasta. "Kita menyampaikan apresiasi atas concern yang disampaikan oleh pihak-pihak tersebut dan keinginan mereka untuk membantu masyarakat Indonesia," kata Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemlu Santo Darmosumarto saat menyampaikan taklimat media melalui konferensi video, Kamis (19/3).
Terkait tawaran tersebut, Kemlu tengah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, terutama untuk menentukan need assessment guna menghitung apa-apa saja yang dibutuhkan Indonesia dari pihak asing untuk menangani wabah COVID-19 ini. "Pada saat bersamaan, kita juga masih menunggu jumlah kebutuhan dari pihak-pihak berwenang seperti Kemenkes dan BNPB sebelum kemudian kita bisa sampaikan ke pihak asing," ujar Santo.
Koordinasi intensif dengan kementerian/lembaga di dalam negeri maupun dengan pihak-pihak yang telah menyatakan keinginan untuk memberikan bantuan, dianggap penting agar bantuan tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan prioritas yang ditetapkan pemerintah Indonesia. Sebelumnya, Indonesia dilaporkan tengah menjalin kerja sama untuk pengadaan alat uji virus corona dengan Singapura.
Rencana itu disampaikan saat Presiden Joko Widodo berbicara dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong sekitar pekan lalu melalui telepon. Kerja sama itu kabarnya akan dilakukan melalui jalur business to business (b to b).
Di saat bersamaan, Indonesia melalui PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) telah membeli alat uji cepat atau rapid test virus corona tipe baru atau COVID-19 dari China.
Sebanyak 500 ribu alat uji cepat akan masuk secara bertahap ke Indonesia per Kamis, dan didistribusikan ke rumah-rumah sakit rujukan yang menangani pasien COVID-19.
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga menyebut alat uji cepat yang dibeli dari China itu telah memenuhi standar internasional yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).