REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Ath-Thibb an-Nabawi menjelaskan, Nabi Muhammad memberi petunjuk agar kita menahan diri jangan sampai kekenyangan, apalagi kekenyangan hingga melebih kebutuhan dan melanggar aturan-aturan yang harus dijaga.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan:
ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه
“Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.”
Soal hadis ini, Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa Nabi mengajarkan seseorang cukup mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya sehingga staminanya tidak turun dan tubuh tidak menjadi lemah.
Kalau lebih dari itu, bisa saja ia mengonsumsi makanan dengan sepertiga volume yang bisa ditampung oleh perut, sepertiga lagi untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk napas. Demikianlah yang bermanfaat bagi tubuh dan jantung.
Kalau perut itu sudah penuh dengan makanan, minuman akan sulit masuk. Kalau dipenuhi dengan makanan dan minuman, ia akan sulit bernapas sehingga ia akan mudah lelah dan terkena penyakit, seperti layaknya wanita yang hamil karena membawa beban berat.
Di samping konsekuensi lain, seperti kerusakan jantung dan kelemahan organ tubuh untuk menjalankan ibadah, bahkan terdorong untuk melakukan perbuatan maksiat yang digerakkan oleh syahwat yang sudah menjadi konsekuensi perut yang kekenyangan, terlalu kenyang justru melemahkan stamina tubuh meskipun tubuh akan menjadi tambah subur.
"Tubuh hanya akan menjadi kuat dengan takaran makanan yang diterimanya, bukan dengan dijejali makanan sebanyak mungkin," kata Ibnu Qayyim.