REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan sejumlah skenario pemerintah mengenai dampak virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian Indonesia sepanjang tahun. Untuk proyeksi moderat, ekonomi mampu tumbuh empat persen. Tapi, untuk prediksi terburuk, ekonomi hanya mampu tumbuh 2,5 persen, dan bahkan nol persen.
Sri menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun bergantung pada penanganan Covid-19, di skala domestik ataupun global. Menurutnya, apabila dampak Covid-19 bisa ditangani dengan cepat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu menyentuh empat persen.
"Beberapa minggu terakhir, kami melihat pertumbuhan ekonomi paling moderat masih di atas empat persen," ujarnya dalam konferensi pers live streaming, Jumat (20/3).
Selain upaya pemerintah, Sri menyebutkan, skenario tersebut juga mempertimbangkan seberapa lama penyebaran Covid-19 berlangsung dan kemungkinan lockdown di berbagai negara, termasuk Indonesia sendiri.
Termasuk juga faktor nilai perdagangan Indonesia dengan Cina, besaran dampak ke industri pariwisata hingga disrupsi di bidang tenaga kerja, seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) turut dimasukkan sebagai pertimbangan skenario pemerintah.
Sri menyebutkan, skenario terburuk akan terjadi apabila durasi penyebaran Covid-19 berlangsung lebih lama, tiga sampai enam bulan. Perdagangan internasional bisa turun di bawah 30 persen, industri penerbangan pun drop 75 persen hingga 10 persen. "Maka, skenario bisa menjadi lebih dalam, pertumbuhan ekonomi bisa 2,5 sampai 0 persen," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.
Saat ini, Sri masih belum bisa menyampaikan seberapa persis ekonomi Indonesia dapat tumbuh. Ia berharap, vaksin anti virus dapat segera ditemukan sehingga mampu memperpendak masa penyebaran Covid-19.
Pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi tiap skenario. Apabila memang mendekati lebih rendah, Sri memastikan, pemerintah fokus pada social safety net atau jaring pengaman sosial dan mendorong dunia usaha untuk tetap bisa berjalan. "Ini fokus kami bersama Kemenko Ekonomi, OJK dan Bank Indonesia agar bisa membantu maksimal," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta masyarakat dan pasar untuk tidak panik. Sebab, menurutnya, kini perbankan dan sektor korporasi sudah memiliki tatanan lebih baik. Terutama jika dibandingkan situasi krisis pada 1998 maupun 2008.
"Harapannya, dengan ketenangan otoritas dan pemerintah, kami berharap penanganan ini bisa dilakukan secara terukur," ujarnya.