Sabtu 21 Mar 2020 05:35 WIB

Keperkasaan Rupiah Bergantung pada Penanganan Covid-19

Kebijakan tes Covid-19 secara massal memberikan harapan baru.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Petugas menata mata uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Berdasarkan data kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hingga pukul 18.00 WIB nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah ke posisi Rp 15.712 per dollar AS yang disebabkan sentimen negatif pandemik COVID-19. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.(Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO)
Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Petugas menata mata uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Berdasarkan data kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hingga pukul 18.00 WIB nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah ke posisi Rp 15.712 per dollar AS yang disebabkan sentimen negatif pandemik COVID-19. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.(Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah bisa terus berlanjut jika penanganan Covid-19 mengecewakan investor asing. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan kepercayaan investor perlu diraih kembali atau rupiah bisa berada di level Rp 17 ribu per dolar AS.

"Rupiah bisa mencapai Rp 16.500, dan kalau berlanjut kemungkinan akan sampai Rp 17 ribu," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (20/3).

Baca Juga

Ibrahim mengatakan kebijakan tes Covid-19 secara massal memberikan harapan baru. Ini menjadi langkah yang dinilai serius oleh investor terkait penanggulangan wabah. Setelah tes massal, maka jumlah orang positif Covid-19 akan meningkat.

Pada saat seperti ini, pelemahan bisa terus terjadi. Sama seperti Italia yang saat ini juga sedang berjuang menangani wabah sambil menghadapi kemerosotan ekonomi. Ibrahim memprediksi dampak wabah bisa berlangsung hingga bulan Juni 2020 di Indonesia.

"Jumlah orang yang terangkit akan meningkat tajam, tapi ini artinya kita sedang berjuang dan ini yang dinantikan pasar," katanya.

Pelemahan mata uang Indonesia menjadi yang terburuk di Asia. Penyesuaian aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik pasca meluasnya Covid-19 telah menekan nilai tukar rupiah sejak pertengahan Februari 2020.

Ini karena berkurangnya aliran masuk modal asing akibat meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Hingga 18 Maret 2020, rupiah secara rerata melemah 5,18 persen dibandingkan dengan rerata level Februari 2020, dan secara point to point harian melemah sebesar 5,72 persen.

Dengan perkembangan ini, rupiah dibandingkan dengan level akhir 2019 terdepresiasi sekitar 8,77 persen, seiring dengan pelemahan mata uang negara berkembang lainnya. Segala stimulus ekonomi kini sudah terlambat menyelamatkan rupiah.

"Seharusnya di bulan Februari lalu sudah ada langkah cepat penanggulangan corona, sehingga pasar tidak alami kepanikan," katanya.

Kini pasar terlanjut panik karena penanganan corona Covid-19 yang lambat sehingga rupiah terus melemah. Sehingga satu-satunya cara untuk menyelamatkan rupiah adalah dengan menangani Covid-19 dengan sangat serius.

Ibrahim meyakini fundamental ekonomi Indonesia masih cukup bagus. Pemerintah hanya perlu koordinasi penuh dan intensif dengan pemerintah daerah hingga ke tingkat keluarga masyarakat. Komunikasi yang terus berjalan akan meminimalisir kepanikan warga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement