REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Joey Schouten (21 tahun) dari Helmond berada di rumah sakit Indonesia selama sembilan hari. Dua bulan kemudian, pada 19 Maret, ia hanya mendengar dari dokternya melalui pesan teks bahwa ia terinfeksi virus corona. "Apa yang baru saja saya dengar, membuat saya terpukul," kata Joey dilansir dari ED.NL pada Sabtu, (21/3).
Joey yang meninggalkan rumah sakit Indonesia dua bulan lalu tidak tahu apa yang salah dengannya. Apa yang di kesampingkan pelancong muda itu? ia dikonfirmasi pada Kamis lalu setelah berbulan-bulan ketidakpastian bahwa ia salah satu dari orang Belanda pertama yang terjangkit corona. Kabar itu disampaikan dalam sebuah teks dari dokternya.
Joey bingung ketika menerima pesan dari dokter dari Indonesia pada hari Kamis. Dia sudah kembali dari perjalanannya ke Asia, tetapi baru sekarang dia tahu mengapa dia berakhir di rumah sakit dengan demam tinggi dua bulan lalu.
Meski pun darahnya diambil di sana enam kali, dokter belum menguji virus yang saat itu dianggap terlalu baru dan Wuhan tampaknya sangat jauh. "Saya sekarang mengalami betapa mudahnya Anda bisa terjangkit dan itu bisa membuat semua orang sakit,” ujarnya.
Diketahui, ia sempat mengunjungi Singapura pada awal Januari. Banyak turis Tiongkok melakukan pembelian untuk Tahun Baru China. Masker wajah belum dikenakan oleh orang-orang, karena saat itu pihak berwenang hanya memperingatkan seminggu kemudian tentang corona.
Schouten terbang ke tujuan berikutnya di Jawa Timur (Indonesia), di mana ia tiba-tiba sakit parah setelah beberapa hari. “Entah dari mana saya terkena demam 41 derajat. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya pingsan," ungkap Joey.
Perawat dan dokter Indonesia membawanya ke rumah sakit, di mana ia menghabiskan sembilan hari dengan mesin IV dan ultrasound. Dokter mengiranya menderita flu parah dan memberi semua jenis obat-obatan.
"Sembilan hari yang dihabiskan di rumah sakit terasa seperti hanya tiga hari. Begitulah aku tidur pada waktu itu, karena aku benar-benar kelelahan," ucap Joey.
Selama sembilan hari perawatan, bersamaan dengan virus corona menyebar cepat di Asia. Joey membaca berita di ranjang rumah sakit bahwa virus itu mengamuk di Wuhan dan untuk sesaat terlintas dalam benaknya bahwa gejalanya cocok. Tetapi tampaknya sangat tidak mungkin virus itu ada di tubuhnya, di negara yang sangat jauh dari pusat penyebaran corona.
"Tampaknya saya mengidap virus gila, tetapi tidak, bukan Corona, saya kira," tulis Joey meyakinkan keluarga dan teman-temannya di Facebook pada 3 Februari.
Setelah berada di rumah sakit selama lebih dari seminggu, dia memberi tahu mereka bahwa dia membaik lagi. Para dokter Indonesia belum menguji Joey untuk corona. Darah diambil darinya beberapa kali, yang akan disimpan selama tiga bulan.
Joey sepenuhnya pulih dan pertama kali mengunjungi ibunya di Helmond. Kemudian ia pergi ke Spanyol, ke rumah ayahnya. Tetapi seminggu setelah dia tiba, negara Eropa selatan itu mengalami lockdown. "Bagaimana kalau aku sudah memilikinya (corona)?" sebutnya.
Dia menghubungi dokter dari Indonesia dan secara eksplisit memintanya untuk menguji darahnya yang ada di sana untuk cek virus corona. Pada hari Kamis ia menerima teks dari dokter: 'Darah Anda telah dites positif Covid-19.Kami harap Anda baik-baik saja".
Dia tidak tahu apakah menginfeksi orang di Indonesia. Teman baiknya, yang bersamanya ketika dia di rumah sakit, tidak jatuh sakit. Joey hanya kembali ke Belanda ketika dia sudah benar-benar pulih dan kemungkinan menularkan virus telah hilang.
Siapa pun dapat tertular virus ini, dan meskipun banyak orang tua khususnya mengalami gejala serius, pemuda juga bisa sakit parah. "Saya terutama ingin mengatakan bahwa jika Anda terjangkit, Anda harus mengkarantina diri sendiri. Untungnya, sekarang para dokter di Belanda segera mengetahui apa yang sedang terjadi, Anda dapat berasumsi bahwa Anda akan menerima perawatan yang tepat. Jadi jangan terlalu khawatir," ucap Joey.