REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal mengatakan guru perlu mempertimbangkan akses internet siswa. Hal ini terkait dengan banyaknya daerah yang menerapkan learning from home atau belajar dari rumah bagi sekolah.
"Pertama, guru perlu mempertimbangkan bahwa tidak semua keluarga memiliki akses internet dengan kualitas yang sama," kata Rizal, Jumat (20/3).
Ada keluarga yang memiliki akses internet dengan koneksi cepat dan tidak terbatas. Namun, ada pula yang koneksinya lambat dengan bandwidth yang sangat terbatas. Hal itu harus diperhitungkan guru dalam memberikan tugas.
Terkait hal tersebut, guru perlu membuat rencana pembelajaran. Menurutnya, pembelajaran tidak perlu realtime atau terjadi pada saat itu juga. Sebab, belajar seperti itu akan menghabiskan koneksi dan membutuhkan bandwidth yang tinggi.
Mestinya, kata dia, perlu dibuat tugas yang bisa dikerjakan online namun dengan sifat susulan. Rizal juga menyarankan, tugas yang diberikan terkait dengan mencegah penyebaran Covid-19 serta bagaimana cara hidup sehat.
Ia mencontohkan penerapan pencegahan Covid-19 dalam pelajaran matematika. Guru bisa membuat soal yang berhubungan dengan menghitung laju penyebaran Covid-19 dengan berbagai skenario, seperti waktu dampak penduduk akan terjangkit, dan lain-lain.
Sementara itu pada pelajaran IPA, guru bisa membuat skenarion penyebaran dengan video yang sudah banyak dibagikan terkait Covid-19. Siswa di rumah bisa diminta untuk menganalisis dan merefleksi.
Pencegahan Covid-19 juga bisa diterapkan dalam pelajaran biologi atau PKn terkait hidup sehat menghindari virus tersebut. Bisa juga mengenai bagaimana menjadi warga negara yang baik, memiliki kesadaran diri untuk melakukan social distancing.
"Sehingga anak tanpa sadar terbentu kebiasaan hidup sehat, sadar diri untuk mencegah penyebaran corona, sekaligus selalu belajar ilmu pengetahuan, membangun self waspada dan sebagainya," kata Rizal.