Sabtu 21 Mar 2020 15:29 WIB

Suriah Diprediksi Berisiko Tinggi Terkena Paparan Corona

Suriah sudah melakukan antisipasi dengan menutup tempat publik dan akses masuk.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nora Azizah
Suriah sudah melakukan antisipasi dengan menutup tempat publik dan akses masuk (Foto: ilustrasi corona Timur Tengah)
Foto: AP PHOTO
Suriah sudah melakukan antisipasi dengan menutup tempat publik dan akses masuk (Foto: ilustrasi corona Timur Tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Meskipun pemerintah belum mencatat jumlah infeksi corona di negara yang tengah mengalami konflik itu, Suriah diprediksi bersisiko tinggi dalam paparan virus. Perwakilan Suriah dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Nima Saeed Abid mengatakan, populasi rentan di kamp ada di Suriah, dan para pengungsi, serta daerah kumuh di pingggiran kota membuat negara itu berisiko tinggi.

"Jika kami mengambil skenario seperti China atau bahkan di Iran, kami mengira akan memiliki banyak kasus, dan kami sedang mempersiapkannya," ujar Abid.

Baca Juga

Infeksi virus corona tipe baru atau Covid-19 juga belum tercatat di sebagian besar wilayah Suriah di luar kendali pemerintah. Seperti daerah timur, timur laut, dan barat laut.

Wilayah Barat Laut yang dikuasai pemberontak telah menghadapi krisis kemanusiaan karena perang. Di sana, hampir satu juta orang terlantar karena pertempuran beberapa bulan terkahir saat pemerintah yang didukung Rusia melakukan serangan.

Suriah telah melarang masuk orang asing yang datang dari banyak negara yang terpapar virus corona. Langkah tersebut merupakan upaya Suriah menangkal penyebaran pandemi global yang telah merenggut lebih dari 10 ribu nyawa di dunia.

Larangan masuk bagi asing diumumkan Damaskus mengikuti penutupan sekolah, taman, restoran, dan berbagai lembaga publik. Menteri kesehatan Suriah, Nizar Yazigi, mengatakan, layanan hotline kesehatan sudah disiapkan.

"Kementerian kesehatan adalah satu-satunya sumber informasi tentang Covid-19, dan bukan kabar yang beredar di media sosial. Ketika terdeteksi infeksi, itu akan diumumkan," ujar Yazigi dikutip dari kantor berita pemerintah.

photo
Corona di Timur Tengah (ilustrasi) - (AP/Kamran Jebreili)

Kendati demikian, otoritas yang berpihak pada Kurdi yang memerintah sebagian besar wilayah timur laut dan Suriah timur, tidak yakin. "Kami mengambil keputusan untuk menutup semua penyeberangan dengan rezim," kata Kepala Dewan yang mengelola wilayah provinsi Deir al-Zor di timur Sungai Efrat, Ghassan al-Yousef.

Dia mengatakan, hal itu dilakukan karena kekhawatiran akan virus yang melintas dari wilayah pemerintah di sebelah barat Sungai Efrat, terutama daerah yang dikuasai oleh milisi Syiah pro-Damaskus yang didukung oleh Iran. Virus juga bisa didapati dari negara-negara di mana virus itu menyebar.

Pemerintahan yang dipimpin Kurdi telah melarang perpindahan antar kota di wilayahnya mulai Sabtu dan jam malam akan dimulai Senin mendatang. Di barat laut yang dikuasai oposisi, pekerja penyelamat yang biasanya bertugas merespons pengeboman pemerintah telah membersihkan ruangannya.

Petugas medis di barat laut khawatir virus itu akan menyebar dengan sangat cepat di kamp-kamp yang penuh sesak bagi para pengungsi. Semua negara yang berbatasan dengan Suriah memiliki wabah virus corona.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement