Sabtu 21 Mar 2020 23:32 WIB

Akhirnya, Warga Pulau Sebesi Nikmati Listrik 24 Jam

Setelah puluhan tahun, warga Pulau Sabesi nikmati listrik 24 jam.

Warga Pulau Sebesi Lampung kini sudah dapat menikmati listrik 24 jam.(Republika/Mursalin Yasland)
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Warga Pulau Sebesi Lampung kini sudah dapat menikmati listrik 24 jam.(Republika/Mursalin Yasland)

REPUBLIKA.CO.ID,  LAMPUNG SELATAN –-  Masyarakat Pulau Sebesi, Lampung, akhirnya dapat menikmati listrik 24 jam, setelah berpuluh tahun listrik menyala hanya enam jam saja. Aktivitas warga pulau yang dominasi nelayan kembali hidup, karena hasil tangkapan ikan dapat disimpan menggunakan mesin pendingin.

Telah lama warga Desa Tejang, Pulau Sebesi, Lampung harus bergelapan malam hari, dan tanpa lisrik sama sekali di siang hari. Aliran listrik di pulau yang berdekatan dengan Gunung Anak Krakatau (GAK) hanya menyala petang sampai tengah malam, selebihnya listrik padam.

Baca Juga

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang ada di pulau tersebut, sangat bergantung dengan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Ketika terlambat mengambil stok BBM di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, pemukiman warga otomatis gelap gulita.

PLTD tersebut hanya dapat melayani kebutuhan listrik warga di Pulau Sebesi dari pukul 18.00 hingga 24.00 WIB. Selebihnya, warga terpaksa menggunakan lampu darurat atau aki mobil, dan juga mesin generator hingga waktu Subuh.

Warga setempat hanya menikmati jatah penerangan listrik setengah malam saja. Pasalnya, PLTD hanya mengkonsumsi jatah solar terbatas tidak sampai pagi atau siang hari. Waktu enam jam listrik menyala, hanya bisa dimanfaatkan warga untuk mengecas baterai telepon seluler, dan juga menonton televisi. Sedangkan untuk menyalakan kulkas tak bisa karena durasinya tidak cukup.

“Alhamdulillah, listrik kami sudah 24 jam menyala. Kami nelayan bisa ke laut lagi mencari ikan yang banyak,” kata Arifin (58 tahun), warga dan tokoh masyarakat Desa Tejang, Pulau Sebesi, kepada Republika, Jumat (20/3).

Menurut dia, listrik menyala 24 jam masih tetap menggunakan mesin PLTD yang ada di Pulau Sebesi, namun bahan bakarnya saja yang ditambah, dan mesinnya dipakai bergantian. Biasanya, lanjut dia, saat listrik enam jam, PLTD menghabiskan 22 sampai 23 drum solar.

Satu drum berisi 22 liter solar, sehingga kebutuhan sebanyak 22 drum dari petang sampai tengah malam membutuhkan 440 liter solar per bulan, sedangkan per malam sekira 15 liter. Menurut Arifin, PLTD hanya mampu membianyai dengan dana subsidi semalam 15 liter. Sehingga, untuk menyala 24 jam, PLTD membutuhkan setidaknya empat kali BBM tersebut tersebut.

“Memang seharusnya, sudah tidak pakai PLTD lagi, soalnya biayanya besar. Tapi, untuk sementara kami warga di Sebesi ini sudah mengucapkan terima kasih,” ujarnya.

M Yusuf (55), warga dan nelayan di Dusun Regahan Lada III, Desa Tejang, Pulau Sebesi mengaku senang dengan terealisasinya listrik 24 jam. Sebagai penampang ikan nelayan di depan rumahnya, Yusuf sangat membutuhkan listrik menyala 24 jam, pasalnya ikan-ikan yang didapat nelayan dan dijual kepadanya dapat menginap semalam di rumah baru dijual lagi kepada penampung esokanharinya.

“Selama ini listrik hanya enam jam, dari mana dapat es batu atau menghidupi kulkas. Jadi, terpaksa ikan-ikan nelayan saya langsung juga lagi dengan harga rendah,” ujar M Yusuf.

Sejak listrik menyala normal 24 jam awal tahun 2020, nelayan Pulau Sebesi mulai aktif kembali melaut mencari ikan. Selama ini, nelayan Pulau Sebesi sering ogah-ogahan melaut atau melaut tapi tidak lama. Pasalnya, ikan yang diperoleh dihargai murah dan hasil tangkapan juga tidak dapat banyak, karena tidak ada yang menampung.

Yusuf berharap, listrik menyala 24 jam perekonomian warga Pulau Sebesi dapat bangkit lagi, karena aktivitas nelayan kembali bergairah dan juga yang menggarap pertanian dan perkebunan dapat kembali beraktivitas dengan optimal dengan usaha mikro, kecil dan menengahnya.

Pulau Sebesi yang masuk Kabupaten Lampung Selatan dihuni sekira 700 kepala keluarga dengan total jiwa 3.000 lebih. Terdapat satu desa dengan empat dusun. Pulau ini dapat dicapai dari Dermaga Canti, Kalianda, menggunakan kapal motor menuju Dermaga Desa Tejang atau Dermaga Dusun Regahan Lada III. Durasi menggunakan kapal motor dua jam.

Di Pulau Sebesi hanya terdapat sekolah negeri dan SMP swasta. Anak-anak warga pulau, setelah tamat dari SMP harus melanjutkan sekolah dengan berhijrah ke kabupaten, karena belum tersedia jenjang SMA. Selama proses belajar mengajar pagi hingga petang hari, aktivitas siswa dan guru tidak menggunakan peralatan yang bersentuhan dengan aliran listrik.

Heri (38), guru honorer di SDN Desa Tejang Pulau Sebesi mengatakan, para guru dan siswa  telah lama mendampakan listrik menyala siang hari. Selama ini, siswa SD dan SMP di pulau tidak dapat belajar berkenaan dengan materi ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Sekarang sudah era teknologi, tapi listrik hanya malam hari menyala. Sedangkan pelajaran sudah harus menggunakan alat elektronik seperti komputer, laptop, televisi, radio, atau proyektor,” kata Heri yang sudah menjadi guru honorer 10 tahun.

Menurut dia, pada kepemimpinan Joko Widodo lima tahun sebelumnya telah memprogramkan agar Indonesia Terang termasuk di pulau-pulau terpencil. Tapi, ujar dia, kenyataannya Pulau Sebesi yang masih dinilai belum terpencil, listriknya masih terbatas setengah malam hari saja.

Berita-berita mengenai minimnya pasokan listrik pulau tersebut, akhirnya didengar juga PT PLN. Saat memperingati Hari Listrik Nasional ke-74, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Lampung bersama PLN UP3 Tanjung Karang dan PLN ULP Kalianda, memberikan harapan baru kepada warga Pulau Sebesi pada 1 November 2019.

PLN UID Lampung menghadirkan PLTD Sebesi sebesar 3 × 100 killowatt (KW) dengan pengoperasian PLTD selama 24 jam. Hal tersebut masuk dalam program lanjutan sejak diresmikannya PLTD pada tahun 2017 lalu. Seremonial yang dilaksanakan pada 1 November 2019.

Kepala Desa Tejang Rojali menyambut baik kepedulian PT PLN yang mengalirkan listrik 24 jam tahun ini. Listrik tersebut, kata dia, dapat meningkatkan produktivitas dan perekonomian warga kembali bergairah.

Warga berharap listrik yang menyala 24 jam selama tiga bulan terakhir, tidak lagi mengalami kerusakan pada mesin PLTD, sehingga harus menunggu lama pemeliharaan mesin yang menyebabkan listrik mati total selama dua hari berturut-turut. n Mursalin Yasland

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement