REPUBLIKA.CO.ID,
Saya adalah seorang dokter garda depan melawan wabah. Sejak timbulnya wabah, kami semua tenaga medis menghadapinya sebagai peperangan tanpa asap senapan, dan tanpa ragu kami bergabung ke dalam medan perang pertahanan melawan wabah.
Kami menganggap diri kami adalah prajurit, yang berkewajiban maju ke depan, dengan darah dan daging melawan wabah penyakit, merebut nyawa seseorang dari cengkraman malaikat maut.
Namun sebenarnya kami juga hanyalah manusia dan bukan malaikat.
Di area isolasi penyakit yang paling berbahaya, pakaian pelindung yang kami pakai harus betul-betul sangat tebal dan ketat, dengan demikian baru bisa menjamin keselamatan hidup kami.
Masker harus pakai dua lapis, pembungkus sepatu (shoe cover) pakai dua lapis.
Sarung tangan pakai lima lapis, di bagian luar kaca mata pelindung masih harus pasang masker pelindung.
Setiap lima jam sebagai satu shif. Setelah memakai pakaian pelindung, kami tidak bisa makan, minum atau ke toilet.
Dengan mengenakan pakaian isolasi yang rapat tidak tembus udara dan kaca mata pelindung, seluruh team bekerja keras dalam perjuangan, semua orang merasakan keterbatasan fisik
Ketika kami melepaskan pakaian pelindung, pakaian di dalam kami basah kuyub seluruhnya. Pada bagian wajah kami juga timbul garis-garis guratan bekas kaca mata pelindung.
Ada dokter yang sudah teramat capek, badannya sudah hampir ambruk, setelah masuk daerah penyangga dan minum seteguk air, kembali masuk ke area isolasi untuk melanjutkan bekerja.
Ada juga dokter yang jari tangannya terluka, setelah dibungkus rapat dengan kantong plastik kembali ke tempat berjuang di garda depan.
Kami juga punya orang tua, kami juga punya anak dan keluarga. Kami tidak memikirkan keselamatan diri kami, tidak memikirkan apakah diri sendiri hidup atau mati, demi merebut nyawa manusia dari malaikat maut, semuanya adalah agar bisa memenangkan peperangan ini. Supaya keluarga kita, dan saudara semua bisa melepaskan masker dan menghirup udara segar!
Teman-teman semua, mohon kalian bekerja sama dengan negara, bekerja sama dengan kami, dengan kesadaran sendiri mengisolasi diri, jangan keluar rumah dan melakukan pembatasan diri yang tentu tidak menyenangkan, bolehkah?
Sehingga kita layak terhadap pengorbanan para tenaga medis. Jangan sia-siakan air mata kami.
Kamu pikir keluar rumah sebentar tidak masalah, dia juga pikir keluar rumah sebentar tidak masalah.
Besok semua orang pada keluar rumah semua, maka peperangan ini akan mengalami kemunduran ke belakang lagi.
Bila satu orang, dua orang, tiga orang .... hanya memikirkan dan mementingkan kesenangan diri sendiri, maka semua perjuangan sebelumnya dalam peperangan ini akan menjadi sia-sia.
Oleh sebab itu, maka mohon semuanya agar bisa bekerja sama, untuk tidak keluar rumah!
Jagalah pikiran dan perasaan dengan baik.
Rumah yang menurut kalian adalah tempat yang membosankan, bagi kami para tenaga medis dan petugas yang berjuang di garda depan melawan wabah, adalah tempat yang kami ingin pulang pun tidak bisa pulang.
Masa yang sulit ini apakah bisa segera terlewati, tidak hanya tergantung pada para tenaga medis, melainkan juga mengandalkan kita setiap orang.
Asalkan kita semua tidak keluar rumah, maka kita bisa memusnahkan wabah ini!
Mencegah dan mengendalikan wabah adalah tanggung jawab setiap orang!
Tolong pergunakan waktu sedetik untuk membagikan ke semua grup yang anda bergabung.
Saat ini virus sedang mengamuk, semua petugas medis di garda depan berusaha mencegah dan mengendalikan wabah, dengan mendahulukan keselamatan orang banyak di atas keselamatan mereka sendiri, maju terus di tengah kesulitan dalam melawan virus.
Terima kasih mereka telah membangun pertahanan pengaman untuk semua orang.
Ada seberapa grup, bagikanlah ke semua grup tersebut. Supaya mereka tahu, hati semua orang bersama mereka, bersama-sama mendukung mereka.
Semua mahluk memulihkan hidupnya, kita pasti juga bisa berangsur-angsur pulih, pasti akan membaik kembali.
Terimakasih....