Ahad 22 Mar 2020 16:53 WIB

Stok Gula Menipis, Pemerintah Disarankan Impor Gula Mentah

Stok guka menipis sejalan dengan beberapa pabrik gula sedang kesulitan bahan baku.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron
Foto: Republika/Prayogi
Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Impor gula dinilai menjadi salah satu solusi untuk menekan harga gula di tengah menipisnya stok gula di Indonesia. Namun, anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menilai, impor yang dilakukan cukup pada gula mentah.

"Sebaiknya pemerintah memberi izin impor raw sugar kepada pabrik gula BUMN sambil diberikan target untuk mencari lahan pengembangan tanaman tebu," kata Herman saat dihubungi Republika.do.id, Ahad (22/3).

Baca Juga

Herman menyebut, stok guka menipis sejalan dengan beberapa pabrik gula sedang kesulitan bahan baku. Pabrik gula BUMN, kata Herman, produksinya masih di bawah kapasitas atau under capacity. Ia juga mencontohkan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang akan menutup dua pabrik gulanya.

Sedangkan di sisi lain, kata Herman, permintaan gula dipastikan naik terus, baik untuk konsumsi masyarakat maupun industri makanan dan minuman. Terlebih, bulan Ramadhan akan segera tiba. Karena itu, ia berharap pabrik gula lokal dapat meningkatkan produksinya dengan mengolah gula mentah impor.

Politikus Demokrat ini mengatakan, pemerintah tak perlu terlalu banyak mengimpor gula konsumsi. "Kalau saat ini pabriknya tidak bisa berproduksi dan pemerintah impor gula konsumsi, sama saja dengan mematikan industri gula dalam negeri," kata dia.

Politikus Demokrat itu menyatakan, jika produksi gula dalam negeri meningkat, maka keadaan itu akan menjamin ketersediaan dan suplai meningkat sehingga harga pun turun. 

Apalagi jika dalam jangka waktu tertentu pabrik gula BUMN mampu membuka lahan tebu dan berproduksi sesuai kapasitas panrik, maka menurut Herman akan mencukupi kebutuhan. "Kalau solusinya impor gula konsumsi, justru akan membunuh industri dalam negeri dan memperbesar impor," ujarnya menegaskan.

Gula pasir di sejumlah toko jaringan retail waralaba modern Jakarta Pusat sudah kosong atau langka sejak sepekan terakhir. Bahkan pada beberapa gerai, sejak sebulan lalu sudah tidak ada pasokan komoditas itu.

Di tingkat retail, harga gula masih sesuai dengan HET sehingga banyak yang membeli. Barang ini menjadi langka terlihat dalam jumlah banyak di rak supermarket ataupun minimarket.

Harga gula di tingkat pedagang besar atau agen mencapai Rp 15 ribu per kilogram. Di konsumen, harganya jadi Rp 17 ribu per kilogram. Padahal, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi atau HET untuk produk pangan itu hanya Rp 12,5 ribu per kilogram. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement