REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Kerusuhan penjara di ibu kota Kolombia, Bogota, menewaskan 23 tahanan dan 83 lainnya cedera. Kementerian Kehakiman menyatakan, kerusuhan terjadi akibat para tahanan memprotes kondisi sanitasi di tengah merebaknya virus corona di seluruh dunia.
Menteri Kehakiman Kolombia, Margarita Cabello, mengatakan 32 tahanan yang terluka dirawat di rumah sakit dan tujuh penjaga penjara juga ikut terluka. Sedangkan terdapat dua penjaga dalam kondisi kritis.
"Hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan dan menyakitkan. Tadi malam ada upaya pelarian kriminal massal di penjara El Modelo dan kerusuhan di berbagai pusat penahanan di seluruh negeri," ujar Cabello, Ahad (22/3).
Kolombia akan memasuki isolasi nasional untuk membendung infeksi virus corona mulai Selasa (24/3) malam. Sejauh ini 231 orang telah positif terinfeksi penyakit Covid-19 dan dua orang telah meninggal.
Video yang diunggah ke media sosial menunjukkan kondisi yang terjadi di bagian dalam penjara. Beberapa menunjukkan kebakaran kecil, sedangkan bagian lainnya menunjukkan kondisi penjaga dan tahanan yang terluka.
Meski kerusuhan besar, Cabello menyatakan, tidak ada tahanan yang melarikan diri. "Tidak ada masalah sanitasi yang akan menyebabkan rencana ini dan kerusuhan ini. Tidak ada satu infeksi atau tahanan atau staf kustodian atau administrasi yang memiliki virus corona," katanya.
Kantor Ombudsman Hak Asasi Manusia meminta pemerintah untuk mendeklarasikan darurat penjara yang dapat memungkinkan pembebasan dini bagi tahanan yang lebih tua. "Dengan cara ini mungkin ada keadaan luar biasa yang akan memfasilitasi rilis dan aturan sementara untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun dan dengan hukuman hingga delapan tahun," kata kantor itu di Twitter.
Sebanyak 132 penjara di Kolombia, menurut angka dari Kementerian Kehakiman, memiliki kapasitas tahanan 81.000 orang, tetapi menampung lebih dari 121.000 tahanan. Kondisi itu sangat rawan untuk penyebaran virus corona, terutama bagi tahanan lanjut usia.