Senin 23 Mar 2020 15:20 WIB

Tim Dokter Kuba Disambut Tepuk Tangan di Italia

Para warga yang sedang di bandara bertepuk tangan ketika tim dokter Kuba mendarat

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Petugas medis berjalan di Roma saat Italia tengah dilanda virus corona. Para warga yang sedang di bandara bertepuk tangan ketika tim dokter Kuba mendarat. Ilustrasi.
Foto: Angelo Carconi/EPA
Petugas medis berjalan di Roma saat Italia tengah dilanda virus corona. Para warga yang sedang di bandara bertepuk tangan ketika tim dokter Kuba mendarat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Tim dokter dan perawat Kuba yang dikirim ke Italia untuk mengatasi pandemi virus corona baru mendapat sambutan hangat di bandara. Para warga yang sedang di bandara bertepuk tangan ketika tim dokter Kuba mendarat.

"Kami (datang sebagai tanda) solidaritas kepada masyarakat Italia, pemerintah kami mengirim kami ke sini untuk membawa solidaritas kami ke sini," kata salah satu dokter Carlos dalam video yang diunggah media Amerika Serikat (AS), Now This News, Senin (23/3) di Twitter.

Baca Juga

Kuba mengirimkan 36 dokter dan 15 perawat serta seorang ahli logistik ke Italia. Diharapkan mereka dapat membantu di Lombardy, wilayah terdampak paling parah di Italia. Now This News melaporkan Kuba kerap mengirimkan tim medis untuk membantu krisis kesehatan di seluruh dunia.

Namun baru kali ini mereka dikirim untuk membantu negara sekaya Italia. Tim medis Kuba yang dikirimkan ke Italia adalah tim keenam yang ditugaskan untuk membantu krisis pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia.

Berdasarkan data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) dari Johns Hopkins University, hingga saat ini Kuba sudah mengkonfirmasi 35 kasus Covid-19. Pemerintah Kuba telah menutup Negara Karibia itu dari wisatawan. 

Sebelumnya kantor berita Reuters melaporkan Kuba sudah mengirimkan tim medis ke sekutu-sekutu mereka seperti Venezuela, Nicaragua, Jamaika, Suriname dan Grenada. Dokter-dokter Kuba berada di garis terdepan dalam krisis-krisis kesehatan seperti wabah kolera di Hiati dan ebola di Afrika Barat. 

"Kami semua takut tapi kami memiliki tugas revolusioner yang harus dipenuhi. Jadi kami mengesampingkan rasa takut kami. Dia yang mengatakan dirinya tidak takut adalah pahlawan super, tapi kami bukan pahlawan super, kami dokter-dokter revolusioner," kata dokter spesialis gawat darurat Kuba Leonardo Fernandez.

Fernandez mengatakan ini misi internasional kedelapannya. Ia juga sempat dikirimkan ke Liberia untuk mengatasi wabah ebola. Saat ini Italia menjadi negara yang paling terdampak Covid-19 setelah China melaporkan penurunan kasus baru pada akhir pekan kemarin.

"Kami akan menjalankan tugas yang mulai, berdasarkan prinsip-prinsip solidaritas," kata dokter Graciliano Díaz.

Kuba membangun sistem kesehatan mereka melalui bantuan ekonomi Uni Soviet. Tapi kemajuan sistem kesehatan mereka merosot setelah blok komunis runtuh. Banyak rumah sakit mereka rusak.

Pemerintah Kuba mengatakan mereka kesulitan mendapatkan obat karena sanksi-sanksi Amerika Serikat (AS) selama puluhan tahun. Akan tetapi beberapa pengamat menilai kelangkaan obat disebabkan tidak efesiennya negara itu menjalankan perekonomian mereka.

Di Kuba, rasio dokter per kapita tetap tertinggi di seluruh dunia meskipun mereka mengirimkan banyak dokter ke luar negeri dan tim-tim medis untuk mengatasi berbagai krisis dan bencana alam. "Pada saat krisis, pemerintah Kuba, rakyat Kuba, telah meningkatkan kedatangan. Mereka mendengar permintaan kami dan mereka merespons kami," kata Menteri Kesehatan Jamaika Christopher Tufton saat menyambut 140 tim medis Kuba di Bandara Internasional Kingston.

Pekan lalu pemerintah Inggris juga berterima kasih kepada Kuba karena mengizinkan kapal pesiar mereka yang ditolak berbagai pulau Karibia dapat berlabuh ke negara mereka. Sebanyak 600 penumpang di kapal tersebut dapat dievakuasi.

Kuba yang terkenal dengan kesiagaan menghadapi bencana sudah meningkatkan langkah untuk menahan penyebaran Covid-19. Pada Jumat (19/3) lalu Presiden Kuba Miguel Diaz-Kanel mengumumkan menutup perbatasan untuk semua orang asing.

Hal ini diprediksi menjadi pukulan bagi perekonomian Kuba yang cukup mengandalkan pariwisata. Ribuan dokter dan mahasiswa kedokteran juga berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengawasi masyarakat.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement