Senin 23 Mar 2020 17:06 WIB

IDI: Tenaga Medis Masih Butuh Tambahan APD

Dibutuhkan paling tidak lima hingga enam set APD dalam satu giliran jaga.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) - Daeng M. Faqih
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) - Daeng M. Faqih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengaku masih membutuhkan tambahan alat perlindungan diri (APD) yang dibutuhkan tenaga medis guna menangani pasien yang terpapar virus corona. Kekurangan itu menyusul penignkatan jumlah pasien yang cukup signifikan.

"Sekarang sudah terdistribusi 105.000. Tapi itu masih sangat kurang mengingat peningkatan kasus yang cepat dan banyak," kata Ketua IDI Daeng M Faqih kepada Republika.co.id di Jakarta, Senin (23/3).

Baca Juga

Dia menjelaskan kebutuhan APD akan sejalan dengan peningkatan jumlah penderita virus Covid-19. Dia menjelaskan, asumsinya berdasarkan hitungan para ahli bahwa kebutuhan APD adalah 20 persen dari jumlah pasien terjangkit virus.

Dia memaparkan, setiap rumah sakit biasanya memberlakukan sistem jaga bergilir atau shift jaga untuk merawat pasien. Dia mengatakan, idealnya sehari ada tiga shift jaga, tetapi karena darurat bisa hanya dua putaran jaga saja.

Faqih melanjutkan, setiap shift minimal ada tenaga dokter konsulen, dokter jaga, perawat, petugas gizi, petugas bersih-bersih dan petugas sampah medis. Artinya, dia mengatakan, dibutuhkan paling tidak lima hingga enam set APD dalam satu giliran jaga.

Artinya, dia memprediksi kebutuhan minimal APD adalah jumlah petugas per shift jaga dikali jumlah shift dalam sehari dikali jumlah keseluruhan pasien yang dirawat dikali berapa hari dirawat. Kemudian dikalikan lagi lima untuk mencapai 100 persen dari total keseluruhan yang terjangkit.

"Plus kebutuhan APD di ambulance yang antar jemput pasien serta dilab dan puskesmas atau fasislitas kesehatan tingkat pertama tempat pemeriksaan pertama pasien," katanya.

Ketua Satgas Covid-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban mengungkapkan bahwa minimnya APD menjadi salah satu penyebab pemaparan Covid-19 ke tenaga medis. Hasilnya mereka tertular penyakit yang berujung pada kematian.

Ketua Dewan Pertimbangan IDI itu menyayangkan bahwa kinerja tenaga medis saat ini tidak didukung sistem yang memadai. Padahal, dia mengatakan, para tenaga medis sudah bekerja semaksimal mungkin memerangi virus Corona.

"Jadi kami minta tolong bahwa terus terang kami ini crying for help, kami ini meminta pertolongan," katanya.

Sementara, pemerintah segera mendistribusikan lebih banyak APD kepada sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 dan dinas kesehatan seluruh provinsi di Tanah Air. Distribusi APD itu akan dilakukan ke seluruh Indonesia demi pemenuhan kebutuhan sesuai skala prioritas. 

Berada di puncak daftar prioritas distribusi APD pada tahap pertama ialah DKI Jakarta dengan 35 ribu unit. Berikutnya, Bogor, Jawa Barat dan Banten  akan menerima masing-masing 5.000 unit APD.

Distribusi tahap berikutnya berikutnya akan melibatkan 50 ribu unit APD untuk Jawa Barat sebanyak 15 ribu unit, Jawa Tengah 10 ribu unit, Jawa Timur 10 ribu unit, DI Yogyakarta 1.000 unit, Bali 4.000 unit, dan untuk cadangan 10 ribu unit. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement