REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh kedua Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KHR. As'ad Syamsul Arifin dan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen sama-sama berjuang untuk melahirkan kader-kader ahli fiqih di Indonesia. Kedua ulama kharismatik NU itu pernah terlibat dalam upaya pendirian Ma'had Aly Situbondo, sebuah lembaga pendidikan tinggi agama yang mqss pencetak kader fiqih.
Katib Ma'had Aly PP. Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, KH. Muhyiddin Khotib mengatakan, Mbah Moen dan Kiai As'ad memiliki hubungan yang sangat erat dalam mendidik kader-kader fikih di Indonesia.
"Saya melihat Mbah Moen ikut terlibat dari awal bersama Kiai Asad membidangi pendirian Ma'had Aly Situbondo," ujar Kiai Muhyiddin saat dihubungi Republika.co.id beberapa waktu lalu.
Santri Kiai As'ad ini mengatakan, sampai akhir hidupnya Mbah Moen juga masih tercatat sebagai dosen muhadhir di Ma'had Aly Situbondo. Menurut dia, Mbah Moen biasanya memberikan kuliah umum kepada santri-santri yang ingin mendalami ilmu fiqih.
"Sampai akhir hidupnya beliau tercatat sebagai dosen muhadhir istilahnya, atau yang memberikan semacam stadium general terhadap santri," ucapnya.
Bahkan, kata dia, menjelang akhir hidupnya Mbah Moen sempat menerima silaturrahmi santri-santri Ma'had Aly Putri Situbondo ke Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, pesantren yang diasuh Mbah Moen. Dalam pertemuan tersebut, menurut dia, Mbah Moen memberikan apresiasi yang sangat besar terhadap santri Ma'had Aly Situbondo.
"Beliau itu supportnya sangat tinggi terhadap pendidikan Ma'had Aly di Indonesia, khususnya yang saya rasa di Situbondo dan beliau berkali-kali datang ke sini memberikan kuliah kepada santri," kata Kiai Muhyiddin
Menurut dia, Mbah Moen memiliki semangat yang sangat besar dalam mengajarkan ilmu agama kepada generasi muda. Secara pribadi, Kiai Muhyiddin pun pernah meminta izin kepada Mbah Moen untuk masuk tarekat, tapi Mbah Moen justru menyarankan untuk tetap mengajarkan agama Islam saja.
"Kata beliau gak usah (masuk tarekat), karena menurut beliau tarekat yang paling unggul itu adalah taklim, mengajarkan kitab. Menurut beliau mewariskan ilmu Rasul itu paling utama. Jadi membuat kader yang ahli atau yang tahu tentang agama itu merupakan tarekat yang paling tinggi," jelas Kiai Muhyiddin.