Selasa 24 Mar 2020 14:11 WIB

Kisah Sahabat Nabi SAW yang Terakhir Kali Wafat (2-Habis)

Abu Qilabah adalah sahabat Nabi SAW yang terakhir kali wafat.

Ilustrasi Ilustrasi Kisah Sahabat Nabi SAW yang Terakhir Kali Wafat
Foto: MgIt03
Ilustrasi Ilustrasi Kisah Sahabat Nabi SAW yang Terakhir Kali Wafat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelumnya, dikisahkan bahwa Abdullah mendapati anaknya Abu Qilabah telah meninggal dunia dengan cara yang tragis: diburu hewan predator.

Meski sempat terkejut, setelah beberapa saat Abdullah pun dapat meyakinkan dirinya sendiri. Bagaimanapun, orang tua itu (waktu itu Abdullah belum menyadarinya sebagai Abu Qilabah) harus mengetahui kematian anaknya ini.

Baca Juga

Biarlah Allah SWT yang menentukan bagaimana nasibnya nanti.

“Assalamualaikum,” ujar Abdullah begitu memasuki tenda.

“Waalaikum salam,” jawab orang tua ini, “Engkaukah itu yang tadi menemuiku?”

“Ya,” kata Abdullah.

“Bagaimana hasilnya dengan pencarianmu tadi? Adakah engkau berhasil menemukan anakku?”

“Tuan, apakah engkau tahu tentang kisah Nabi Ayyub ‘alaihi sallam?” Abdullah mencoba membuka penjelasannya.

“Tentu saja. Dia merupakan salah seorang rasul yang mulia.”

“Engkau mengetahui bagaimana Nabi Ayyub diuji oleh Allah SWT. Rabbnya telah mengujinya dengan harta, keluarga, dan anak-anaknya,” tutur Abdullah.

“Tentu, aku tahu itu.”

“Tahukah engkau bagaimana sikap Nabi Ayyub atas cobaan-cobaan itu?” tanya Abdullah lagi.

“Ia selalu bersabar, bersyukur, dan memuji Allah,” jawab orang tua tersebut.

“Sekalipun Nabi Ayyub dijauhi kerabat dan sahabat-sahabatnya?”

“Betul, ia tetap demikian, bersyukur dan memuji Allah. Langsung saja, apa maksudmu dengan menceritakan perihal Nabi Ayyub? Semoga Allah merahmatimu,” tanya orang tua itu karena merasakan ada maksud dari tamunya tersebut.

“Sungguh, aku telah menemukan putramu, tetapi dia telah meninggal dunia. Jasadnya ada di antara gundukan pasir dan diterkam kawanan binatang buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala engkau yang bersabar atas musibah ini,” jelas Abdullah.

“Segala puji bagi Allah. Dia telah menciptakan bagiku keturunan yang tidak bermaksiat kepada-Nya,” kata orang tua itu.

Tak lama kemudian, pemilik tenda tersebut menarik nafas panjang, dan meninggal dunia.

Inna lillah wa inna ilaihi roji’un….” ujar Abdullah.

***

Kini, Abdullah menjadi bingung. Apa yang akan dilakukannya terhadap jasad orang tua itu.

Tidak mungkin membiarkannya begitu saja. Jangan sampai sekumpulan binatang buas mendeteksinya lalu memakannya.

Awalnya, Abdullah menutupi jasad tersebut dengan kain yang ada di dekatnya. Dia pun keluar dari tenda untuk mencari-cari bantuan.

Tak disangka, Abdullah melihat dari arah nun jauh di sana. Beberapa orang sedang menunggangi kuda. Salah satu dari mereka tampak lebih rapi. Pakaiannya yang berwarna keperakan memantulkan sinar matahari. Abdullah pun berteriak dan melambaikan tangan kepada mereka.

Orang-orang itu menyadari panggilan tersebut. Mereka pun mendekatinya.

“Ada apa wahai hamba Allah?” tanya mereka.

“Aku meminta bantuan kalian,” jawab Abdullah sambil menunjuk tenda asalnya, “Di dalam sana ada jenazah seorang tua. Dia baru saja meninggal.”

“Orang tua bagaimana?” tanya pria yang memakai baju mewah.

Abdullah pun menuturkan perawakan wajah serta kondisi fisik orang tua yang baru saja wafat itu. Orang-orang yang ada di hadapannya justru menjadi terkejut.

“Bukankah beliau yang kita cari!?” seru salah satu di antaranya.

Mereka pun bergegas masuk ke dalam tenda. Pria yang berpakaian mewah lantas membuka penutup wajah jasad itu. Kemudian, dia memeluknya dan menangis tersedu-sedan. Menyaksikan itu, Abdullah tentu saja keheranan.

“Ya Allah, Engkau telah memanggilnya. Dia yang matanya selalu jauh dari melihat hal-hal yang diharamkan-Mu. Dia yang selalu sujud tatkala orang-orang lelap tertidur,” kata dia.

“Siapakah orang ini. Mungkin Tuan dapat menceritakannya untukku?” tanya Abdullah.

Setelah mereda tangisnya, orang itu pertama-tama memperkenalkan dirinya. Dia adalah seorang utusan raja Muslim yang memang ditugaskan untuk mencari-cari keberadaan orang tua tersebut.

“Beliau yang wafat ini adalah Abu Qilabah al-Jarmi. Dia seorang sahabat Rasulullah SAW!” jawab utusan raja itu.

“Kami mencarinya ke mana-mana sebab raja kami hendak meminta beliau untuk menjadi kadi istana. Akan tetapi, kabar itu lebih dahulu tiba kepadanya sehingga beliau lari dari negeri kami. Dia membawa serta seorang anak laki-laki. Tadi kami menemukan jasad putranya dimakan singa,” cerita pendamping utusan raja.

Akhirnya, Abdullah menyadari. Sahabat Nabi SAW bernama Abu Qilabah ini tidak ingin terseret menjadi ulama penguasa. Maka itu, ia lebih memilih menyingkir ke padang pasir yang tandus, meski akhirnya kehilangan kedua kaki dan tangannya, serta meninggal dunia.

Ketiga orang itu lantas mengurus jenazah Abu Qilabah dan menshalatkannya. Utusan raja itu kembali ke negerinya dengan hati yang amat sedih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement