REPUBLIKA.CO.ID, Setelah wafatnya Abu Thalib (paman nabi) lalu disusul sang istri Khadijah, Rasulullah SAW dilanda kesedihan mendalam. Betapa tidak, keduanya merupakan orang yang dekat dan dicintai Rasulullah.
Setelah meninggalnya Khadijah, Rasulullah tidak menikah selama satu tahun. Kondisi yang dialami Rasulullah membuat para sahabatnya turut sedih sehingga Khulah binti Hakim yang tak lain istri Utsman bin Maz'un diutus menemui Rasulullah. Khulah merupakan salah Muslimah salehah.
Setelah bertemu Rasulullah, Khulah menyampaikan kesedihannya atas meninggalnya Khadijah. Dia pun menanyakan kepada Rasulullah alasan belum menikah lagi. Rasulullah menjawab, "Apakah ada seseorang setelah saya setelah Khadijah?" kata Rasulullah.
Mendengar pernyataan Rasulullah tersebut, Khulah lalu menawarkan Saudah binti Zam'ah, perempuan yang lebih tua dari Rasulullah. Keduanya lalu menikah pada Ramadhan tahun kesepuluh setelah kenabian.
Saudah merupakan putri dari Zam'ah bin Qais dari Suku Quraisy. Saudah berasal dari keturunan Luaiy, salah satu nenek moyang Rasulullah.
Ayah Saudah merupakan salah satu orang pertama yang memeluk Islam pada awal masa kenabian. Saudah pertama kali menikah, yaitu dengan sepupunya sendiri, Sakran bin Amr bin Abd Syams.
Dari pernikahannya dikaruniai seorang putra bernama Abdurrahman. Saudah dan suaminya lalu memeluk Islam setelah dakwah Islam gencar dilakukan Nabi SAW. Namun, suami Saudah meninggal ketika perjalanan dari Abyssinia ke Makkah atau kembali dari hijrahnya.
Sebagai istri Rasulullah, Saudah tercatat sebagai istri yang selalu membuat suaminya senang. Dia adalah perempuan bermartabat dan sangat baik kepada nabi. Dia selalu berusaha keras membuat suaminya tersenyum.
Saudah merupakan perempuan yang dikenal mempunyai kemampuan humor tinggi. Dengan kemampuannya tersebut, dia mampu membuat Rasulullah gembira dan bahagia. Dia selalu berbicara hal-hal lucu.
Diriwayatkan oleh Ibrahim An Nakha'i bahwa Saudah berkata kepada Rasulullah, " Wahai Rasulullah tadi malam aku shalat di belakangmu, ketika rukuk punggungmu menyentuh hidungku dengan keras maka aku pegang hidungku karena takut kalau keluar darah." Tertawalah Rasulullah.
Rasulullah membangun rumah pertama bagi Saudah di Madinah dan tidak menikahi perempuan lain sampai tiga tahun setelahnya. Saudah juga disebutkan sebagai perempuan paling murah hati setelah Khadijah.
Ibn Sa'ad meriwayatkan dari Muhammad Ibn Syirin bahwa Umar mengirim panci penuh dengan dirham untuk Saudah. Lalu dia bertanya: Apa ini? Mereka mengatakan: Dirham. Kemudian Saudah membagikan dirham tersebut kepada orang-orang yang ada di sana. Saudah juga turut menemani Rasulullah dalam beberapa peperangan, seperti Perang Khaibar.
Dalam buku Thabaqat karya Ibn Sa'ad disebutkan Nabi Muhammad memberi Saudah tujuh ritl (satuan berat saat itu) dari kurma dan dua puluh ritl selai dalam pertempuran Khaibar. Istri Nabi lainnya, Aisyah, memuji kebaikan Saudah. Selama menjadi ibu rumah tangga, Saudah tinggal di rumah Nabi Muhammad sampai Aisyah datang sebagai istri Nabi. Saudah juga ikhlas kebersamaan Nabi Muhammad lebih sering dengan Aisyah karena menyadari bahwa usianya yang sudah tua. Meski demikian, dia tetap mengurus Nabi hingga wafat.
Aisyah pun memujinya. "Tidak seorang pun yang lebih aku sukai dalam dirinya daripada Saudah binti Zam'ah, hanya dia agak keras wataknya," kata Aisyah dalam sebuah riwayat. Semasa hidupnya, dia disebutkan sebagai istri Nabi yang banyak menghafal hadis-hadis Nabi.
Dia wafat di Madinah tahun 54 Hijriyah pada akhir ke khalifahan Umar bin Khattab. Dia mewasiatkan rumahnya kepada Aisyah.