REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sepakat menunda Olimpiade Tokyo hingga 2021 karena pandemik COVID-19. Dari sudut pandang atlet, penundaan olimpiade tidak sebanding dengan yang terjadi pada dunia saat ini.
"Saya hanya berkompetisi dengan sepeda balap kecil. Tidak bisa dibandingkan dengan apa yang terjadi di dunia saat ini. Tidak ada olahraga yang lebih penting jika harus mengorbankan orang karena ini," kata jawara olimpiade cabor BMX asal Amerika Serikat, Connor Fiels, Selasa (24/3).
Hal senada disampaikan atlet renang asal Australia, Cate Campbell. Negaranya juga sudah menyatakan mengundurkan diri dari olimpiade sebagai sikap tegas terhadap keselamatan atlet selama kompetisi.
"Sejujurnya saya merasa kehilangan. Tapi tujuan saya tidak hilang, hanya pindah saja. Ini waktunya untuk bersiap-siap pada tantangan selanjutnya," kata Campbell.
Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menggelar rapat jarak jauh untuk membicarakan Olimpiade Tokyo 2020 di tengah pandemi virus corona. Diskusi mereka menghasilkan keputusan penundaan olimpiade hingga 2021.
"Dengan keadaan ini, Presiden IOC dan Perdana Menteri Jepang menyimpulkan Olimpiade ke-32 di Tokyo harus dijadwal ulang hingga musim panas 2021," demikian pernyataan resmi yang diterima Republika.
Alasan keamanan bagi seluruh atlet, pelatih, penonton, dan pihak lainnya menjadi faktor penundaan pesta olahraga terbesar di dunia itu. Namun, belum pada pernyataan resmi dari Thomas Bach terkait hal ini.
Sebelumnya, Shinzo Abe mengajukan penundaan satu tahun terhadap penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020. Hal itu ia sampaikan kepada Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach.
Abe mengatakan, usulan penundaan itu sudah disetujui 100 persen oleh Bach. Alasan keamanan seluruh pihak di tengah pandemi virus corona menjadi perhatian utama untuk saat ini.