REPUBLIKA.CO.ID, Jika kita membaca dan mempelajari Alquran, kita akan menemukan beberapa contoh pemuda yang memiliki karakter dan kepribadian yang tangguh serta menembus ruang dan waktu sehingga meskipun peristiwanya terjadi ribuan tahun yang lalu, tetap relevan dan up to date untuk dimunculkan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Istilah pemuda di dalam Alquran adalah fatan (bentuk tunggal) dan fityah (bentuk jamak). Berikut ini klasifikasi pemuda dalam Alquran, sebagaimana dijelaskan Prof Didin Hafidhuddin:
Pemuda Ibrahim
Ibrahim sebelum diangkat menjadi nabi dikenal sebagai pemuda (fatan) yang gagah berani melawan segala bentuk kemungkaran dan kemusyrikan, tetapi dengan logika yang jernih dan nalar yang sehat. Seperti kisahnya di dalam menghancurkan berhala-berhala yang merupakan benda mati yang disembah oleh kaumnya.
Ketika Ibrahim ditanya siapa yang melakukan ini, ia menjawab dengan lantang, “Tanyakanlah hal ini pada berhala yang paling besar. Jika memang ia bisa berbicara.” Kemudian, mereka tertunduk tidak bisa menjawab karena memang berhala itu benda mati. Pada saat itulah, Ibrahim berkata kepada mereka, seperti dikemukakan dalam QS Al Anbiya [21] ayat 66-67.
Ibrahim pun dikenal sebagai pemuda yang jujur, ikhlas, ulet, dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi atas perubahan yang terjadi pada fenomena alam untuk kemudian dijadikan sebagai ibrah (pelajaran) demi memperkuat keimanan dan keyakinannya kepada Allah SWT.
Dia menginginkan keyakinannya itu dilandasi dengan nalar yang kuat dan pengetahuan yang mendalam. Perhatikan firman Allah SWT dalam QS Al Anam [6] ayat 79.
Pemuda Ismail
Ismail adalah sosok pemuda yang memiliki keikhlasan dan kesabaran yang luar biasa dalam menerima berbagai ujian di dalam kehidupannya, termasuk ketika akan disembelih oleh ayahandanya yang tercinta, Nabi Ibrahim as, hingga Allah menggantinya dengan seekor kibas (domba). Peristiwa itu kemudian disyariatkannya penyembelihan hewan kurban pada setiap Idul Adha bagi kaum Muslimin yang mampu melakukannya.
Kepatuhan akan perintah ini karena disadari dan diyakini bahwa perintah ayahnya itu adalah suatu kebenaran yang dilandasi wahyu Allah SWT. Apalagi, selama ini dia yakin akan kejujuran dari orang tuanya.
Dalam ayat 102 surat Ash Shaaffat [37], kita melihat betapa orang tua yang bijak dan anak yang baik mendahulukan dialog dan musyawarah sebelum memutuskan suatu keputusan meskipun keputusan tersebut harus dilaksanakan betapa pun beratnya.
Pemuda Yusuf
Pemuda Yusuf sangat dikenal sebagai pemuda yang menjunjung tinggi akhlak dan moral pergaulan. Ia memiliki penampilan fisik yang rupawan sehingga menarik hati bagi setiap wanita, termasuk istri raja saat itu yang bernama Zulaikha. Tapi, dengan kekuatan keimanannya, Yusuf tidak mau berbuat khianat. (QS Yusuf [12]: 24).
Ia pun dikenal sebagai pemuda yang sangat amanah, tepercaya, dan mencintai ilmu sehingga ketika ia mendapat kesempatan menjadi pejabat publik, ia berhasil menunaikannya dengan sebaik-baiknya karena dua hal tersebut (jujur dan profesional). Perhatikan QS Yusuf [12] ayat 55.
Pemuda Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi adalah kelompok pemuda (fityah) yang bekerja sama saling membahu, menolong, dan melindungi ketika menghadapi ujian yang berat yang berkaitan dengan keimanannya, yaitu mereka dipaksa oleh penguasa saat itu untuk menggantikan keyakinan tauhidnya dengan penyembahan kepada berhala. Mereka lebih rela meninggalkan tanah airnya bersembunyi di gua dan Allah kemudian menyelamatkannya. (QS Al Kahfi [18]: 10-12).
Kejujuran, kecintaan kepada ilmu, keberanian untuk menegakkan kebenaran, kepatuhan pada perintah Allah SWT, profesional dalam bidangnya, serta mencintai sesamanya, itulah ciri-ciri pemuda yang diungkap Alquran dan telah berhasil membangun negerinya. Mereka mampu menyejahterakan masyarakat dan bangsanya. Dan, itulah yang harus dicontoh para pemuda Indonesia masa kini dan masa yang akan datang jika ingin berhasil dalam membangun bangsa dan negara.