Rabu 25 Mar 2020 12:14 WIB

Perlu Pakai Sarung Tangan Lateks di Tengah Wabah Covid-19?

Banyak orang memakai sarung tangan lateks dan masker demi mencegah tertular Covid-19.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang perempuan menggunakan sarung tangan lateks saat berbelanja.
Foto: EPA
Seorang perempuan menggunakan sarung tangan lateks saat berbelanja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa perlengkapan penting untuk perang melawan pandemi Covid-19, seperti alat pelindung diri bagi tenaga medis berupa masker dan sarung tangan lateks, menjadi sangat langka karena telah diburu banyak orang. Padahal, kedua hal tersebut sangat dibutuhkan di rumah sakit.

Lalu, apakah sebenarnya kita, orang-orang awam, benar-benar membutuhkan masker pelindung mulut dan sarung tangan lateks? Dilansir laman the Independent, Rabu (25/3), Lembaga Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan orang sehat memakai sarung tangan atau masker bedah untuk melindungi diri mereka sendiri.

“PHE tidak merekomendasikan penggunaan sarung tangan sebagai tindakan perlindungan terhadap Covid-19 bagi masyarakat umum,” ujar seorang juru bicara PHE kepada the Independent.

Orang yang khawatir tentang penularan penyakit menular diserukan untuk memprioritaskan kebersihan pribadi, pernapasan, dan tangan yang baik. Saran Pemerintah Inggris yang diperbarui juga menyebut orang harus tinggal di rumah dan mempraktikkan jaga jarak fisik. Hal ini pun menjadi anjuran Pemerintah Republik Indonesia.

Seorang ahli virologi di Imperial College London juga mengatakan bahwa mereka khawatir barang-barang seperti sarung tangan memberikan rasa aman yang salah. Dia mengatakan, mencuci tangan merupakan tindakan pencegahan yang jauh lebih baik.

Lalu, menurut PHE, cara terbaik untuk mencegah penyebaran dan melindungi diri sendiri dari penyebaran virus adalah mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir. Alternatifnya, gunakan gel pembersih secara teratur sepanjang hari.

PHE juga menyatakan orang-orang harus memerhatikan adab ketika batuk, membuang tisu penutup batuknya ke tempat sampah tertutup, dan langsung cuci tangan. Para ahli, seperti dilansir laman Today, juga tidak merekomendasikan orang-orang menggunakan sarung tangan lateks sebagai perlindungan diri.

Mereka memperingatkan, memakai masker atau sarung tangan bukanlah solusi. Tidak ada rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS untuk memakai masker di luar pengaturan perawatan kesehatan. Apalagi, saat ini ketersediaan masker bedah untuk semua pekerja perawatan kesehatan di berbagai negara sudah sangat terbatas.

"Ini bukan sesuatu untuk dikenakan masyarakat umum. Itu tidak ada gunanya selain memberi orang rasa aman palsu, membuang waktu, dan menciptakan lebih banyak permintaan untuk sesuatu yang tidak perlu,”  kata seorang senior di Johns Hopkins Center for Health Security, Dr Amesh Adalja.

Sementara itu, sarung tangan sekali pakai sejatinya dipakai dalam lingkungan medis. Sarung tangan lateks tidak akan efektif untuk dikenakan dalam kehidupan sehari-hari karena dapat robek dengan sangat mudah.

“Sarung tangan lateks tidak dirancang untuk jalan-jalan keluar, berlari menaiki tangga, melakukan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Barang ini tidak terlalu awet untuk dipakai saat memegang nozel saat isi bensin atau apa pun karena mudah berlubang. Itu tidak dimaksudkan untuk dipakai selama kegiatan dan kehidupan sehari-hari. Bahkan, dalam pengalaman praktik saya sebagai seorang dokter, saya sering mendapati sarung tangan itu robek,” kata Adalja.

Seorang perawat terdaftar yang berbasis di New Jersey, AS, Aline Holmes, mengatakan bahwa sarung tangan nitril bebas lateks dikenakan untuk merawat pasien secara terpisah. Holmes yang telah bekerja dengan rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan selama wabah penyakit menular menyatakan, virus corona disebarkan melalui percikan liur sehingga sarung tangan tidak mungkin dapat berbuat banyak untuk melindungi pemakainya.

"Ketika Anda bersin atau batuk, lendir dan percikan air keluar dari hidung dan mulut Anda dan ke mana-mana. Tetesan itu ke mana-mana sekitar satu atau dua meter dan kemudian jatuh ke tanah. Mengenakan sarung tangan tidak akan berarti apa-apa. Ujungnya, Anda juga akan melepas sarung tangan itu,” ungkap Holmes.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement