REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran tetap tidak menerima bantuan asing untuk menangani penyebaran virus corona. Padahal, Teheran telah melaporkan penularan sebanyak 24.811 kasus dengan jumlah kematian hingga 1.934.
"Karena mobilisasi nasional Iran terhadap virus dan penggunaan penuh dari kapasitas medis angkatan bersenjata, tidak perlu sekarang tempat tidur rumah sakit diatur oleh pasukan asing, dan kehadiran mereka dikesampingkan," ujar penasihat Menteri Kesehatan Iran, Alireza Vahabzadeh.
Doctors Without Borders (MSF) berencana mengirim tim dan peralatan beranggotakan sembilan orang untuk mendirikan sebuah rumah sakit dengan 50 tempat tidur di Iran. Namun, rencana tersebut mendapatkan perlawanan dari kalangan ultra-konservatif yang menuduh staf lembaga itu akan bertindak sebagai mata-mata.
MSF mengatakan, penolakan yang dilakukan oleh Iran membuat lembaga itu tidak memahami keputusan tersebut. Pembatalan misi di Isfahan itu dilakukan secara tiba-tiba, padahal sebelumnya telah mendapatkan persetujuan.
"Kami terkejut mengetahui bahwa pengiriman bantuan perawatan kami dibatalkan," ujar penanggung jawab atas tim tanggap krisis MSF, Michel-Olivier Lacharite.
Lacharite mengatakan kelompok itu telah diberikan persetujuan sebelumnya dan siap untuk menyiapkan 50 tempat tidur pada akhir pekan. Meski telah menerima penolakan, mereka masih siap untuk ditempatkan di Iran atau di tempat lain di kawasan itu.
Iran memiliki angka kematian resmi kelima tertinggi setelah Italia, China, Amerika Serikat, dan Spanyol. Namun, Iran belum memberlakukan isolasi wilayah pada warganya.