REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen menyerukan penerapan gencatan senjata secara nasional di Suriah. Dia menilai hal itu perlu dilakukan agar negara tersebut mampu menangani dan menekan penyebaran virus corona tipe baru Covid-19.
"Hari ini saya mengimbau secara khusus untuk gencatan senjata nasional yang lengkap dan langsung di seluruh Suriah guna memungkinkan upaya habis-habisan menekan Covid-19 di Suriah," kata Pedersen pada Selasa (24/3), dikutip laman Anadolu Agency.
Dia memperingatkan warga Suriah sangat rentan terhadap Covid-19. Sebab, banyak fasilitas kesehatan telah hancur akibat peperangan selama sembilan tahun terakhir.
"Ada kekurangan peralatan medis utama dan tenaga profesional kesehatan," ucap Pedersen.
Atas dasar itu, Pedersen mengapresiasi gencatan senjata di timur laut Suriah, termasuk Provinsi Idlib, yang dicapai antara Turki dan Rusia pada 5 Maret. "Perjanjian gencatan senjata baru-baru ini telah mengurangi kekerasan di timur laut dan barat laut Suriah, dan ini disambut baik," ujarnya.
Dia mengharapkan ada gencatan senjata nasional. Saat Covid-19 telah memasuki Suriah, penghentian peperangan lebih mendesak dibanding sebelumnya.
Pemerintah Suriah melaporkan kasus pertama virus corona Covid-19 pada Ahad (22/3). Pasien disebut datang dari luar negeri. “Langkah-langkah yang tepat telah diambil untuk menangani kasus (pertama Covid-19) ini,” kata Menteri Kesehatan Suriah Nizar Yazigi.
Suriah merupakan salah satu negara yang kemampuan penanganan wabahnya menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Banyak infrastruktur dan fasilitas kesehatan di sana telah hancur akibat perang sipil selama sembilan tahun terakhir. Semua negara yang berbatasan dengan Suriah yakni Irak, Turki, Lebanon, Yordania, dan Israel telah memiliki kasus Covid-19.