REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Pemerintah Kota (Pemkot) Serang mewacanakan penataan kawasan situs Banten Girang yang ada di Desa Sempu, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten. Situs bersejarah yang telah ada bahkan sebelum masa Kesultanan Banten ini, kondisinya memang dikeluhkan bantak sejarawan hingga aktivis sejarah minim perhatian.
Seperti diketahui Wahanten Girang atau Banten Girang merupakan kerajaan yang telah berdiri pada tahun 932 masehi dan berkuasa selama lima abad lamanya di tanah Banten. Situs yang ada ini merupakan peninggalan kerajaan Banten Girang dan menjadi lokasi favorit ziarah di kota Serang selain Situs Kesultanan Banten Lama.
"Sudah diusulkan ke Pemprov Banten agar ada penataan di Situs Banten Girang, terutama akses jalan menuju situs dari Indomaret Desa Sempu ke lokasi supaya masuk kendaraan. Untuk lahan parkir juga, selama ini kan sangat terbatas, jadi kita usulkan ada pembebasan lahan," jelas Kepala Dinas Pemuda Dan Olahraga (Disparpora), Akhmad Zubaidillah, Rabu (25/3).
Menurutnya, Disparpora sudah mengajukan kegiataan penataan Situs Banten Girang ke Pemrov Banten yang selama ini memang disebutnya cukup perhatian terhadap pembangunan situs bersejarah. Hal ini dilakukan karena jika mengandalkan APBD Pemkot Serang disebutnya akan lama terealisasi.
"Selama ini kan pemprov juga cukup perhatian dengan revitalisasi tempat bersejarah seperti Banten Lama atau tempat bersejarah sampai revitalisasi situs yang ada di Pandeglang," katanya.
Menurutnya, kegiatan pariwisata di Kota Serang yang paling digemari memang tempat-tempat bersejarah yang terkait dengan Kesultanan Banten. Telah berjalannya revitalisasi Situs Banten Lama disebutnya harus juga diikuti dengan revitalisasi kawasan bersejarah lain yang terhubung dengan Kesultanan Banten, seperti Situs Banten Girang.
"Kota Serang memang destinasi wisatanya Kesultanan Banten, maka dari itu kita ingin mengembangkan potensi yang ada dan terkait dengan sejarah kesultanan. Banten Girang itu kan sudah ada sebelum masa Sultan Maulana Hasanuddin dan bahkan disebut sebagai cikal bakal Kesultanan Banten," ujarnya.
Pada tahap pertama, Pemkot Serang berencana melakukan pembebasan lahan untuk akses masuk menuju situs dan pembangunan lahan parkir. Untuk revitalisasi situs seperti makam Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju atau Goa Banten Girang akan dilakukan setelahnya.
"Revitalisasi situsnya akan kita lakukan selanjutnya ya, kalau proyek ini disetujui kita akan mulai pada 2021. Jadi pembangunan situs di dalamnya akan kita lakukan setelah penataan akses dan lahan parkirnya selesai," ujarnya.
Sementara salah seorang penjaga situs, Slamet Purwanto (35 tahun) juga mengeluhkan kondisi situs yang selama ini minim perhatian pemerintah. Hingga kini, pemeliharaan hingga pembangunan situs masih mengandalkan sumbangan masyarakat atau peziarah.
"Masih mengandalkan dana dari masyarakat, bahkan mushola itu juga dibangun karena hasil sumbangan dermawan yang bukan orang Islam padahal. Dermawan itu beberapa kali ziarah ke makam, karena sosok Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju yang ada di sini ternyata masih ada kaitannya dengan dia," jelas Slamet.
Menurutnya, Situs Banten Girang merupakan tempat bersejarah yang seharusnya juga diperhatikan oleh pemerintah. Situs ini telah menjadi tujuan favorit banyak kalangan masyarakat dari berbagai daerah dan agama yang beragam. "Di sini paling ramai itu ketika habis lebaran idul fitri, lebaran haji, atau di musim Maulid Nabi. Orang datang sampai tidak tertampung mau parkir atau istirahat di mana dan mereka bahkan datang bukan orang islam aja, ada hindu juga," katanya.
Slamet menyebut yang paling dibutuhkan saat ini adalah fasilitas penunjang seperti toilet. Menurutnya, para peziarah kerap kesulitan untuk sekedar buang air karena jumlah toilet yang terbatas, sementara animo peziarah pada momen seperti lebaran atau hari libur sangat tinggi. "Orang datang dari jauh itu biasanya kan pingin sekedar buang air, tapi karena cuma sedikit toiletnya jadi biasanya antre panjang," jelasnya.
Tempat berkumpul bagi para peziarah disebutnya juga sangat dibutuhkan. Ratusan hingga ribuan peziarah pada momen lebaran seringkali bingung ingin berkumpul atau sekedar beristirahat, sementara bangunan museum atau makam terbatas.
Hal lain yang juga mendesak untuk diperhatikan, kata Slamet adalah betonisasi pinggiran Sungai Cibanten yang bersebelahan dengan lokasi makam. "Kalau tidak segera diberi beton itu takutnya lokasi ziarah ini semakin menyempit karena terkikis air sungai," tuturnya.