REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, Indonesia perlu memiliki perangkat deteksi virus corona buatan lokal yang spesifik untuk orang Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 di Tanah Air. Alasannya, virus corona diyakini bermutasi.
"Virus cenderung cepat bermutasi, hasil mutasi berbeda-beda di setiap negara. Hal inilah yang menjadi tantangan dalam pengembangan RDT Kit (perangkat diagnostik cepat). Selain cepat, RDT Kit juga harus sesuai, sensitif dan spesifik," kata Kepala BPPT Hammam Riza, Rabu (25/3).
Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC19) akan mengembangkan kit deteksi virus corona spesifik untuk orang Indonesia melalui sampel dari orang Indonesia yang menderita Covid-19. BPPT menjadi koordinator atas gugus tugas itu.
Perangkat uji diagnostik cepat (rapid diagnostic test kit) itu akan dikembangkan dengan memanfaatkan strain virus yang berasal dari orang Indonesia yang terinfeksi Covid-19 dengan status transmisi virus bersifat lokal.
"Rencana aksi pengembangan kit deteksi Covid-19 menjadi prioritas pertama untuk segera dilaksanakan," ujar Hammam.
Perangkat tersebut akan bermanfaat untuk percepatan skrining pada pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) dalam rangka mengendalikan penularan dan penyebaran Covid-19 di Tanah Air. Terkait perangkat deteksi virus corona buatan luar, Hammam menuturkan penting dipastikan kesesuaian perangkat itu dengan kondisi wabah di dalam negeri.
Hammam mengatakan, perlu dilakukan technology clearing untuk memastikan bahwa produk-produk untuk deteksi Covid-19 yang didatangkan dari luar itu memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan kondisi wabah di Indonesia.
Selain melakukan akselerasi dalam pengembangan perangkat rapid diagnostic test (RDT) untuk mendeteksi Covid-19, TFRIC19 juga akan memperkuat laboratorium uji dalam kapasitas melakukan analisis gold standard PCR (polymerase chain reaction) berbasiskan data kondisi virus Indonesia saat ini.
Dalam melakukan kegiatannya, TFRIC19 berencana menggunakan whole genome sequencing untuk keperluan pembuatan vaksin, deteksi dan epidemiologi Covid-19 Indonesia. Uji diagnostik non PCR (non PCR diagnostic test) yang akan dikembangkan yaitu uji diagnostik cepat (rapid diagnostic test) berbasis antibodi Immunoglobulin G (IgG)/Immunoglobulin M (IgM) dan uji deteksi cepat berbasis antigen. Keduanya akan dikembangkan menggunakan virus yang ada di Indonesia.
"RDT kit yang dikembangkan secara lokal ini sangat penting karena menggunakan sampel penderita di dalam negeri. Kami kembangkan kit ini dalam bentuk dipstick dan micro chip,” tutur Hammam.