REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Palestina melaporkan kematian pertama akibat infeksi virus corona tipe baru penyebab Covid-19 pada Rabu (25/3) waktu setempat. Juru Bicara Pemerintah Palestina, Ibrahim Milhem, mengatakan bahwa orang yang meninggal tersebut ialah pasien perempuan berusia 60 tahun dengan riwayat penyakit yang serius.
"Meninggal di Tepi Barat yang diduduki," kata Milhem kepada wartawan di Ramallah, sebagaimana dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (26/3).
Milhem mengatakan, data saat ini menunjukkan ada 64 kasus Covid-19 terdeteksi di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sementara itu, 17 pasien Covid-19 dinyatakan telah pulih.
Pada Kamis (5/3) lalu, Otoritas Palestina mengonfirmasi tujuh kasus infeksi virus corona di Tepi Barat yang diduduki. Menteri Kesehatan Palestina Mai Al-Kaileh saat itu mengatakan dalam konferensi pers bahwa tujuh warga Palestina dinyatakan positif virus corona baru dan kini sedang dikarantina.
Al-Kaileh mengatakan, saat ini telah diputuskan untuk mengaktifkan peta kedaruratan di wilayah Betlehem dan Jericho. Dengan demikian, semua lembaga pendidikan dan pusat pelatihan di Kegubernuran Betlehem ditutup selama 14 hari.
Tak hanya itu, semua masjid dan gereja, termasuk gereja Nativity di Bethlehem, juga akan ditutup selama dua pekan. Waktu dua pekan ini adalah periode yang diperlukan virus untuk menunjukkan gejala.
Sebelumnya, pada hari yang sama, Kamis (5/3), Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan keadaan darurat di kota Betlehem dan Jericho di Tepi Barat atas dugaan kasus virus corona. Kementerian mengatakan sebuah hotel di Betlehem dikarantina karena sejumlah kasus yang diduga.
Selain itu, Kementerian Kesehatan Palestina juga mengumumkan dua kasus infeksi virus corona jenis baru di Jalur Gaza pada Ahad (22/3). Ini menjadi kasus pertama yang terdiagnosis di wilayah Gaza. Kasus Covid-19 terjadi pada dua warga yang baru kembali dari Pakistan ke Jalur Gaza.