REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sya'ban adalah bulan sebelum Ramadhan yang sudah dinantikan oleh kaum Muslimin. Banyak ritual untuk mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini sebagai 'pemanasan' jelang Ramadhan.
Sya’ban adalah bulan di mana amal-amal perbuatan manusia diangkat ke hadirat Tuhan penguasa alam. Allah swt mengawasi hamba-hamba-Nya, mengampuni mereka yang memohon ampunan, mencurahkan kasih sayang bagi mereka yang mengharapkannya dan menyingkirkan hamba-hamba-Nya yang bersifat pendengki.
Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nisfu Sya’ban. Secara harfiyah istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.
Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.
Sya’ban diambil dari kata Sya’bun, yang artinya kelompok atau golongan. Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan ini, masyarakat jahiliyah berpencar mencari air. Ada juga yang mengatakan, mereka berpencar menjadi beberapa kelompok untuk melakukan peperangan.
Sya'ban penuh dengan ampunan. Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan).
Para ulama menyatakan, Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.