REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang bulan suci Ramadhan, kita terlebih dahulu memasuki bulan Sya'ban. Rasulullah SAW biasa melakukan puasa sunah tiap masuk Sya'ban.
Hal ini seperti dituturkan Aisyah RA: "Tidak pernah saya melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali pada waktu Ramadhan. Dan, tidak satu bulan pun yang hari-harinya lebih banyak dipuasakan Nabi SAW daripada bulan Sya'ban" (HR Bukhari-Muslim).
Dalam hadis lainnya diceritakan. Suatu kali, Usamah bertanya kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, kelihatannya tak satu bulan pun yang lebih banyak engkau puasakan daripada bulan Sya'ban?"
Nabi SAW menjawab, "Bulan itu sering dilupakan orang karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedangkan pada bulan itulah diangkat amalan-amalan kepada Tuhan Rabbul 'Alamin. Maka, saya ingin amalan saya dibawa naik selagi saya dalam keadaan berpuasa" (HR Abu Dawud dan Nasa'i).
Puasa pada bulan Sya'ban memiliki fungsi yang sangat penting. Keberadaannya bisa menjadi penyempurna kekurangan yang terjadi dalam puasa Ramadhan. Ibnu Rajab al-Hambali berkata, "Thotowwu (amalan sunnah) yang paling afdal adalah yang berdekatan dengan yang wajib baik sebelumnya atau sesudahnya. Dan, kedudukan puasa Sya'ban mirip dengan kedudukan shalat sunah rawatib yang berfungsi menyempurnakan kekurangan yang wajib." (Lathoiful Ma'arif, Ibnu Rajab, 1/129)
Yahya bin Mu'adz mengatakan, istilah Sya'ban adalah singkatan yang penjelasannya sebagai berikut. Huruf Syin dan 'Ain berarti syafaat dan syaraf (kemuliaan). Huruf Ba berarti birr (kebajikan). Sementara itu, huruf Alif berarti ulfah (kelemah-lembutan), sedangkan huruf Nun adalah nur (cahaya).
Maknanya, lanjut Yahya, barangsiapa yang mengisi bulan Sya'ban dengan berbagai amal ibadah, maka insya Allah ganjarannya adalah pahala, kemuliaan, dan kebajikan yang berlipat-lipat dari Tuhan semesta alam.
Para ahli hikmah juga kerap menghubungkan Sya'ban sebagai momen pembersihan hati. Hal ini juga berkaitan dengan dekatnya bulan tersebut dengan Ramadhan. Dengan begitu, orang-orang akan lebih siap dalam menyambut datangnya bulan suci dan akhirnya kemenangan pada Idul Fitri.
Mengutip buku Kedahsyatan Puasa, berikut adalah niat puasa Sya'ban: "Nawaitu shauma syahri sya'baan sunnatan Lillahi Ta'ala." (Aku niat berpuasa bulan Sya'ban sunah karena Allah Ta'ala).
Bagaimanapun, Nabi SAW mengajarkan ketentuan terkait puasa sunah ini. Menurut Ustaz Jeje Zainuddin (Republika, 13 Maret 2020), Rasulullah SAW melarang umatnya ketika memasuki sehari atau dua hari lagi ke Ramadhan orang itu masih berpuasa sunah Sya'ban.
"Ini juga hikmahnya adalah, pertama, agar tidak terjadi keraguan seolah-olah menyambungkan puasa Sya'ban ke puasa Ramadhan. Kedua, agar tidak terjadi kelelahan dan kecapaian dari shaum sunah yang terlalu banyak memasuki bulan Ramadhan," kata dia.
"Maka, Nabi mengatakan, 'Jangan kalian mendahului ibadah bulan suci Ramadhan dengan satu hari atau dua hari sebelum Ramadhan."