Kamis 26 Mar 2020 12:45 WIB

Muaz bin Jabal, Sahabat yang Paling Tahu Soal Halal-Haram

Muaz bin Jabal merupakan seorang sahabat yang ditugaskan berdakwah oleh Nabi SAW.

Ilustrasi Muaz bin Jabal, Sahabat yang Paling Tahu Soal Halal-Haram
Foto: MgIt03
Ilustrasi Muaz bin Jabal, Sahabat yang Paling Tahu Soal Halal-Haram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muaz bin Jabal lahir di Yastrib (Madinah). Ia mempunyai keistimewaan sebagai seorang yang sangat pintar dan berdedikasi tinggi. Dari segi fisik, ia gagah dan perkasa. Allah juga mengaruniakan kepadanya kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah.

Muaz bin Jabal memeluk Islam sejak ia masih kecil. Ia menyatakan Islam melalui Mus'ab bin Umair, yang diutus oleh Rasulullah SAW ke Madinah untuk mengajar penduduk di sana.

Baca Juga

Muaz termasuk di dalam rombongan yang berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang bersumpah setia (bai'at) kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah mengucapkan sumpah setia, tak lama Muaz kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat yang terkemuka seperti misalnya Amru bin Al-Jamuh.

Pada waktu Nabi Saw berhijrah ke Madinah, Muaz senantiasa berada bersama dengan Rasulullah sehingga ia dapat memahami Alquran dan syariat-syariat Islam dengan baik. Hal tersebut membuatnya di kemudian hari muncul sebagai seorang yang paling ahli tentang Alquran dari kalangan para sahabat.

Muaz adalah orang yang paling baik membaca Alquran serta paling memahami syariat-syariat Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah memujinya dengan bersabda, "Yang kumaksud umatku yang paling alim tentang halal dan haram ialah Muaz bin Jabal." (HR Tarmizi dan Ibnu Majah). Selain itu, Muaz merupakan salah satu dari enam orang yang mengumpulkan Alquran pada zaman Rasulullah.

'Dipamiti' Nabi SAW

Setelah peristiwa pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah), maka masuk Islam-lah seluruh penduduk setempat. Seiring waktu, mereka memerlukan tenaga-tenaga pengajar yang tetap tinggal bersama penduduk untuk mengajarkan syariat agama Islam.

Rasulullah SAW lantas menyanggupi permintaan tersebut. Beliau meminta antara lain supaya Muaz bin Jabal tinggal bersama dengan penduduk Makkah. Ia ditugaskan untuk mengajar Alquran dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai agama Allah SWT.

Sifat terpuji juga jelas terlihat manakala rombongan raja-raja Yaman datang menjumpai Rasulullah SAW guna meng-isytihar-kan keislaman mereka. Pemuka Yaman itu meminta kepada Nabi SAW agar supaya mengantarkan kepada mereka tenaga pengajar. Maka, Rasulullah SAW memilih Muaz bin Jabal untuk memenuhi tugas itu bersama-sama dengan beberapa orang sahabat lainnya.

Muaz dipilih menjadi ketua rombongan para sahabat tersebut. Beberapa saat sebelum rombongan pergi, Rasulullah SAW keluar untuk mengucapkan selamat jalan kepada mereka.

Lantas, beliau mewasiatkan kepada Muaz: "Wahai Muaz! Kemungkinan kamu tidak akan dapat bertemu lagi dengan aku selepas tahun ini malah mungkin juga selepas ini kamu akan melalui masjid dan kuburku ...."

Sontak saja, Muaz menangis. Ia terlalu sedih membayangkan berpisah dengan Rasulullah SAW. Selepas peristiwa tersebut, ternyata benar. Nabi SAW wafat, sedangkan Muaz tidak lagi dapat menjumpai beliau.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement