REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Kedatangan Odion Ighalo ke Manchester United (MU) pada deadline bursa transfer musim dingin lalu sempat menjadi bahan cibiran banyak pihak. Namun, Ighalo mampu menjawab kritik dengan mengisi lubang yang selama ini hilang di kubu Iblis Merah.
Ighalo menjadi stiker murni yang bisa berperan sebagai algojo di dalam kotak penalti. Ekpektasi rendah terhadap mantan pemain Watford yang merumput di Liga Super China sejak 2017 itu memang wajar.
Ini karena pada bursa transfer yang sama, ada Bruno Fernandes yang dibeli dengan harga mahal. Namun, Ighalo yang berusia 30 tahun itu mampu menjawab ekspektasi secara cepat dan impresif.
Ighalo telah mencetak empat gol padahal ia hanya tiga kali menjadi starter. Gol terakhir tercipta saat United menghancurkan LASK di babak 16 besar Liga Europa, beberapa jam sebelum kompetisi sepak bola dihentikan karena pandemi corona.
''Odion paham tugasnya dan apa perannya di tim, dan dia sangat bagus mencetak gol lewat kerja sama dengan pemain di belakangannya. Dia benar-benar mendapatkan banyak celah,'' ujar pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer dikutip dari Sky Sports, Kamis (26/3).
Tapi gol-gol yang dicetak Ighalo merupakan satu hal. Ada hal lain yang membuat Ighalo punya kontribusi besar untuk United.
Dalam 31 menit waktunya membela MU di Liga Primer Inggris, pemain asal Nigeria itu tidak hanya menunjukkan peran di skuat Solskjaer, tapi juga menunjukkan bagaimana ia menikmati pertandingan, menawarkan keberadaannya sebagai focal point di depan yang membuat sibuk bek lawan dan memberikan pemain lain ruang.
Itu merupakan sesuatu yang belum didapat MU sejak kepergian Romelu Lukaku, atau meskipun tak semuanya setuju, sama seperti peran Zlatan Ibrahomovic saat masih di Old Trafford. Bukan itu saja, sikap tak egois Ighalo juga kerap membuka ruang bagi Anthony Martial maupun Marcus Rashford. Sebab, baik Martial maupun Rashford jarang sekali mampu menampilkan konsistensi yang dicari oleh Solskjaer.