REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengatakan konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 secara virtual dimaksudkan untuk menyatukan upaya negara-negara dalam menyatukan tanggapan global terhadap pandemi Covid-19. Raja Salman sebagai presidensi G20 tahun 2020 akan memimpin pertemuan virtual luar biasa para pemimpin dari Kelompok 20 negara ekonomi utama pada Kamis pukul 19.00.
Tujuan konferensi virtual KTT G20 adalah untuk mengembangkan rencana aksi dalam menanggapi virus corona dan untuk memonitor dampak pandemi pada pasar dan kondisi ekonomi. "Saat dunia menghadapi pandemi Covid-19 dan tantangan terhadap sistem perawatan kesehatan dan ekonomi global, kami mengadakan KTT G20 yang luar biasa ini untuk menyatukan upaya menuju respons global," ujar Raja Salman dalam sebuah cicitan resmi di Twitternya dikutip Al Arabiya, Kamis (26/3).
"Semoga Tuhan menyelamatkan umat manusia dari sebaga bahaya," lanjutnya.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo telah berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman tentang respons global terhadap pandemi Covid-19. Mereka juga berbicara tentang perlunya Riyadh untuk meyakinkan kembali pasar energi dan keuangan.
"Menteri Luar Negeri AS Pompeo dan Putra Mahkota menyatakan keprihatinan mereka yang mendalam atas pandemi Covid-19 dan perlunya semua negara untuk bekerja sama mengatasi pandemi ini. Pompeo dan Putra Mahkota memusatkan perhatian pada kebutuhan untuk menjaga stabilitas di pasar energi global di tengah respons dunia," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus.
Menurut Ortagus, Pompeo menekankan bahwa sebagai pemimpin G20 dan pemimpin energi penting, Arab Saudi memiliki peluang nyata untuk naik ke kesempatan itu dan meyakinkan energi global dan pasar keuangan ketika dunia menghadapi ketidakpastian ekonomi yang serius.
Indonesia juga akan mengikuti KTT G20 virtual oleh PresidenJoko Widodo. Dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri, Jokowi akan berpartisipasi dalam KTT G20 untuk mendorong solidaritas global yang memerlukan aksi bersama dan terkoordinasi.
Antara lain seperti kepentingan untuk kebutuhan akses dan keterjangkauan peralatan kesehatan dan vaksin. Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, dukungan pendanaan dalam mekanisme bilateral, regional, ataupun multilateral secara global perlu didukung dengan peningkatan kerja sama internasional dalam memerangi pandemi Covid-19, serta segala dampak ekonomi dan sosialnya.