REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bursa perdagangan jus jeruk telah melonjak lebih dari 20 persen bulan ini karena konsumen mencari produk sehat selama pandemi Covid-19. Sementara permintaan telah meningkat, pasokan telah terpukul karena produsen berjuang untuk mengangkut barang akibat pembatasan transportasi.
Ini telah mendorong kenaikan harga jus jeruk berjangka, yang mengindikasikan meningkatnya biaya pengiriman dalam beberapa bulan mendatang. Bursa berjangka jus jeruk adalah aset dengan kinerja terbaik sepanjang tahun ini.
"Wabah Covid-19 memukul pasokan dan permintaan jus jeruk. Sifat penambah imunitas adalah daya tarik sisi permintaan, sementara tidak ada cukup ruang kapal tanker di saat maskapai tidak terbang untuk membawa produk ke pasar," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di broker AxiCorp, dilansir BBC, Kamis (26/3).
Di sisi penawaran, ada juga masalah ketidakcukupan jumlah pekerja karena perkebunan memberlakukan pembatasan jarak fisik dalam interaksi sosial.
"Pedagang bertanya-tanya apakah ada pekerja untuk mengelola pabrik di Florida dan di Brasil," kata Jack Scoville di perusahaan perdagangan Price Futures Group di AS.
Bursa berjangka jus jeruk telah mengalami kenaikan bulanan terbesar sejak Oktober 2015, di saat pasar saham global sedang terpukul. Di London, indeks FTSE 100 turun lebih dari 13 persen pada bulan lalu, sementara di Wall Street Dow Jones Industrial Average telah turun lebih dari 16 persen.
Berbicara tentang apakah lonjakan harga jus jeruk berjangka akan berarti harga lebih tinggi untuk jus jeruk di toko, Innes mengatakan, "Efek ini akan cepat ketika produsen jus jeruk meneruskan kenaikan harga ke pasar swalayan dan pembeli lain,"
Sebagian besar komoditas memiliki harga future atau berjangka, yang dapat diperdagangkan di bursa, seperti Intercontinental Exchange (ICE). Kontrak berjangka membantu perusahaan mengunci harga tetap di masa depan untuk melindungi mereka dari potensi lonjakan harga.
Kontrak berjangka adalah umum untuk komoditas lunak, seperti jeruk dan gandum yang rentan terhadap kenaikan harga mendadak karena panen yang buruk dan bencana alam.