REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel telah membuka bunker perang di perbukitan Yerusalem. Hal itu dilakukan untuk mengoordinasikan kampanye melawan penyebaran virus korona baru atau Covid-19.
"Ini (bunker) adalah alat lain untuk mengelola, mengendalikan, mengawasi, dan melacak virus korona. Kami memahami krisis ini akan mendampingi kami untuk waktu yang lama," kata seorang pejabat Israel, Kamis (26/3).
Menurut dia, dalam bunker itu terdapat tempat tinggal dan fasilitas komando yang dapat diakses dari kompleks pemerintah di Yerusalem serta kaki bukit barat mengarah ke Tel Aviv. Namun, Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett tampaknya tak terlalu menyetujui pembukaan bunker tersebut.
Sebab menurutnya tak begitu relevan dengan krisis Covid-19. "Kita tidak berada di bawah serangan rudal yang mengharuskan kita berada di bawah tanah," ujarnya.
Bunker yang disebut "Pusat Manajemen Nasional" didirikan lebih dari satu dekade lalu. Tempat itu dibangun merespons kekhawatiran tentang program nuklir Iran dan pertukaran rudal antara kelompok Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Jalur Gaza.
Sejauh ini, Israel telah melaporkan 2.666 kasus Covid-19 dengan delapan korban jiwa. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengisyaratkan akan memberlakukan karantina wilayah atau lockdown nasional.