REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah. Dan, selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Oleh karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian pada waktu pagi-pagi sekali, siang hari kala waktu istirahat, dan awal malam" (HR Bukhari-Muslim).
Dalam hadis lain, beliau menegaskan, "Apabila aku perintahkan kepada kalian untuk mengerjakan suatu perkara, maka laksanakanlah itu semampu kalian" (HR Bukhari-Muslim).
Dua hadis sahih itu menekankan, syariat yang Allah SWT turunkan kepada umat Nabi SAW tidak untuk menyulitkan kita. Justru sebaliknya. Allah Ta'ala menjadikan ketetapan-Nya agar sesuai dengan kemampuan setiap orang. Hal ini juga ditegaskan dalam Alquran. Misalnya, surah al-Baqarah ayat 185, artinya, "Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan."
Begitu pula dengan surah al-Hajj ayat 78 yang menerangkan soal keutamaan berjihad. Ibadah ini pun tidak dimaksudkan untuk menyulitkan hidup orang-orang beriman. Terjemahan ayat itu, "Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama."
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut. "Allah tidak membebani kalian melainkan sebatas kemampuan. Tiada sesuatu yang dibebankan kepada kalian kemudian kalian merasa berat atasnya, melainkan Allah sediakan jalan keluarnya"
Jalan keluar yang dimaksud sang penafsir itu ialah adanya dispensasi (rukhshah) dalam syariat terkait praktik-praktik ibadah. Misalnya, seseorang yang sedang sakit atau musafir dalam perjalanan jauh boleh membatalkan puasanya kala Ramadhan. Puasa itu dapat diganti pada hari-hari lain di luar Ramadhan.
Contoh lainnya, seseorang boleh melaksanakan shalat sambil duduk, berbaring, atau bahkan isyarat kedipan mata sekalipun bila memang fisiknya tak memungkinkan untuk shalat sebagaimana biasa.
Dalam kondisi sekarang ketika pandemi penyakit merebak, rukhshah juga berlaku. Misalnya, boleh mengganti shalat Jumat dengan shalat zuhur di rumah masing-masing. Selain itu, tenaga medis juga dimudahkan terkait shalat tanpa wudhu saat sedang bertugas.
Lantas, apa "akar" persoalan dari anggapan bahwa beragama itu tidak mudah? Menurut Ustaz Muhammad Syamsudin dalam artikelnya di situs Nahdlatul Ulama, mungkin hal itu berkaitan dengan peka atau tidaknya hati seorang mukmin dalam memenuhi panggilan ibadah.
Simaklah sabda Nabi SAW berikut.
"Engkau akan menemukan orang mukmin yang dadanya dilapangkan Allah untuk menampung (nilai-nilai) Islam. Ia shalat dengan nyaman, tenang, lapang dada, dan penuh kecintaan kepada shalat. Demikian pula dalam berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji, dan amal kebajikan lainnya. Dan semua itu dilakukannya dengan mudah, bahkan sangat mudah."