REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Ustadz Jeje Zainuddin menjelaskan Rasulullah memperbanyak puasa sunnah selama bulan Rajab dan Syaban. Namun, Rasulullah melarang umatnya berpuasa pada akhir Syaban atau satu dan dua hari sebelum Ramadhan.
Rasulullah, kata dia, melarang umatnya memasuki sehari atau dua hari lagi ke Ramadhan berpuasa Sya'ban. "Ini juga hikmahnya adalah, pertama, agar tidak terjadi keraguan seolah-olah menyambungkan puasa Sya'ban ke puasa Ramadhan. Kedua, agar tidak terjadi kelelahan dan kecapaian dari shaum sunah yang terlalu banyak memasuki bulan Ramadhan," kata Ustadz Jeje kepada Republika.
"Maka, Nabi mengatakan, jangan kalian mendahului ibadah bulan suci Rama dhan dengan satu hari atau dua hari sebelum Ramadhan, yaitu bulan Ramadhannya," kata Ustadz Jeje.
Jadi, kata dia, kalaupun ada orang memperbanyak berpuasa Sya'ban, itu nanti kalau sudah satu atau dua hari lagi harus setop. "Karena Rasulullah melarang agar orang mempunyai kesiapan. Hikmahnya agar orang mengondisikan mempunyai kesiapan yang prima menghadapi shaum Ramadhan. Itu di antara hikmahnya."
Ustadz Jeje menjelaskan, salah satu cara Rasulullah mengajarkan kita mempersiapkan Ramadhan agar tidak terjadi kekagetan orang berpuasa secara mendadak di bulan Ramadhan saja. Maka bulan Rajab dan Sya'ban itu bulan persiapan menyambut bulan Ramadhan yang agung melalui memperbanyak shaum-shaum sunah.