REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyebutkan, memprediksi, konsumsi rumah tangga akan mengalami kontraksi. Padahal, konsumsi rumah tangga berkontribusi hingga 60 persen dalam pertumbuhan ekonomi.
Faisal mengatakan, respons pemerintah dan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan Covid-19, membuat roda perputaran ekonomi melambat. Mulai dari penutupan sekolah, kebijakan bekerja dari rumah (work from home) khususnya pekerja sektor formal, juga penundaan dan pembatalan berbagai kegiatan pemerintah dan swasta.
Konsumsi rumah tangga yang biasa menjadi penyumbang hampir 60 persen terhadap pergerakan ekonomi nasional akan mengalami kontraksi. "Penjualan retail, baik di pasar tradisional dan pasar modern dipastikan turun," ungkap Faisal dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (29/3).
Bahkan, sebelum kasus Covid-19 teridentifikasi di Indonesia, data Indeks Penjualan Riil yang dikeluarkan Bank Indonesia sudah menunjukkan kontraksi 0,3 persen pada Januari 2020. Penjualan mobil pun selama Januari dan Februari turun 2,4 persen secara tahunan (yoy).
Indikasi penurunan konsumsi swasta juga diperlihatkan oleh turunnya tingkat perjalanan wisata baik domestik ataupun asing. BPS mencatat, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara turun 7,62 persen pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019. Sementara, wisatawan nusantara turun 3,1 persen pada periode yang sama.
"Tekanan pada konsumsi swasta ini dipastikan akan lebih dalam pada bulan Maret dan juga bulan-bulan berikutnya," kata Faisal.
Ekspor pun akan mengalami tekanan seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor dan pelemahan harga komoditas. Apalagi, negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah menjadi pusat pandemi yang telah melampaui kasus di China.
Sebagai dampak penurunan kegiatan ekonomi domestik, kinerja impor diprediksi mengalami kontraksi, terutama pada bahan baku dan modal. Dengan demikian, Faisal menjelaskan, penurunan ekspor juga akan dibarengi dengan penurunan impor.
Kondisi tersebut menyebabkan pengaruh net-ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini relatif kecil, sebagaimana tahun lalu yang memberikan kontribusi -0,5 persen terhadap PDB.