REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan, tes masif yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat bertujuan untuk memetakan persebaran dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. "Untuk menyelesaikan pandemi Covid-19 ini kita harus punya peta (persebaran). Dengan peta kita tahu di mana kekuatan akan kita dukung maksimal, di mana yang menjadi prioritas," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, di Gedung Pakuan, akhir pekan ini.
Menurut Emil, untuk penanggulangan penyebaran, yang urgen hari ini hanya dua. Yakni, warga maksimalkan tinggal di rumah. Kedua, para perantau jangan mudik. "Dengan perantau ini mudik, potensi penyebaran akan semakin tinggi," tegasnya.
Menurut Emil, Pemprov Jabar sudah memiliki peta persebaran Covid-19 yang dikelompokkan dalam empat kluster penyebaran. Yakni Musyawarah Daerah (Musda) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jabar di Kabupaten Karawang, Seminar Bisnis Syariah di Kabupaten Bogor, Seminar keagamaan di Kota Bogor, dan Seminar keagamaan di Kabupaten Bandung Barat.
Peta persebaran tersebut, kata Emil, dapat terdeteksi melalui tes proaktif yang sempat dilakukan Pemprov Jabar. "Peta kedua sedang kita cari melalui tes masif yang sedang dilakukan, insya Allah besok lusa sebagian data sudah masuk, kita menemukan persebarannya di mana," katanya.
Untuk mengambil keputusan tindakan apa yang harus dilakukan lebih lanjut, maka tes masif sangat penting. "Tidak untuk semua (masyarakat Jabar), hanya untuk yang berkategori rawan terhadap potensi penularan dari COVID-19," katanya.
Setelah peta persebaran terdeteksi, kata dia, Pemprov Jabar akan mengambil keputusan, seperti memperpanjang sekolah dan kerja di rumah atau tidak. Dari peta persebaran tersebut, Pemprov Jabar akan melakukan tracking masyarakat yang berpotensi besar terpapar COVID-19.
"Itulah follow up detail yang akan kita lakukan. Tanpa ada peta persebaran, kita gelap dalam menyusun rencana tindakan. Dengan adanya peta ini, kita bisa detail untuk memaksa orang yang ada di zona penyebaran untuk melakukan tes," papar Emil.
Harapannya, kata Emil, tes itu maksimalnya negatif, sehingga bisa melakukan tindakan lebih normal lagi. "Tapi, kalau banyak yang positif, harus mengambil keputusan, apakah sekolah dan bekerja di rumah diperpanjang atau tidak," katanya.
Kang Emil mengatakan, Pemprov Jabar pun sudah memiliki skenario penanggulangan Covid-19 secara komprehensif. Mulai dari penanggulangan perawatan pasien positif Covid-19 sampai pencegahan penyebaran Covid-19. "Jika pasien positif 100, maka satu gedung di RSHS itu akan dijadikan gedung Covid. Kalau 500, satu rumah sakit akan dialihkan menjadi Covid-19," katanya.