REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Pengobatan eksperimental pertama pasien yang terinfeksi covid-19 telah dimulai di Norwegia. Rumah Sakit Universitas Oslo adalah salah satu dari 22 lokasi di negara ini yang melakukan studi internasional utama di bawah naungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dilansir di Euronews, Ahad (29/3), penelitian ini akan melakukan tes terhadap obat malaria dan Ebola. Obat pertama yang akan diuji adalah plaquenil yang awalnya dibuat untuk mengobati malaria, kemudian obat untuk Ebola.
"Obat malaria mengurangi peradangan dan bekerja melawan parasit, yang mungkin merupakan mekanisme efek yang mungkin," kata Direktur Chief Executive Officer Dewan Riset Norwegia, John-Arne Rottingen. "Tapi kami belum tahu apakah obat Ebola, yang dikembangkan untuk melawan virus itu dan beberapa yang lain, akan bekerja melawan virus corona."
Ratusan pasien akan dimasukkan dalam penelitian Norwegia dan penelitian akan berlanjut sampai ada pengetahuan tertentu bahwa ini tidak efektif, atau bahwa salah satu dari obat-obatan ini memang memiliki efek.
Institute of Public Health meyakini bahwa penelitian ini bisa menjadi sangat penting dalam perang melawan virus corona. Tapi itu akan memakan waktu setidaknya tiga bulan. Setelah itu obat baru akan disetujui.
"Begitu salah satu rumah sakit atau negara ini mendapatkan konfirmasi bahwa salah satu obat ini efektif, kami akan menghentikan penelitian dan menawarkannya kepada semua orang," kata Anne-Ma Dyrhol Riise, kepala dokter di departemen untuk pengobatan infeksi di Rumah Sakit Universitas Oslo. "Tetapi sangat penting untuk mengatakan bahwa kami harus menguji ini dalam apa yang disebut studi terkontrol. Kami tidak tahu apakah itu benar-benar akan berhasil."
Dalam epidemi virus sebelumnya, penelitian belum terkoordinasi sedemikian rupa. Sejumlah negara akan membagikan hasil yang didapatkan saat menguji berbagai obat. Ini adalah penelitian internasional besar yang melibatkan beberapa negara dan melibatkan pasien secara bersamaan sehingga dunia mendapatkan hasil yang cepat.
Rottingen tidak tahu berapa lama penelitian ini akan dilakukan. Menurutnya, kemungkinan dalam dua-tiga bulan tim peneliti bisa mendapatkan hasil pertama dari data, tetapi itu tergantung efeknya. "Sangat penting untuk mengatakan bahwa ini bukan obat ajaib. Ini adalah studi terkontrol dari sesuatu yang mungkin memiliki efek. Dasar-dasarnya masih merupakan perawatan standar di rumah sakit," jelasnya.