Ahad 29 Mar 2020 20:45 WIB

Komunitas di Solo Inisiasi Gerakan Lumbung Pangan

Tak bisa sepenuhnya mengandalkan pemerintah perlu solidaritas masyarakat.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi lumbung pangan
Ilustrasi lumbung pangan

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah komunitas di Kota Solo menginisiasi gerakan berbagi hingga membentuk lumbung pangan untuk mengantisipasi dampak penyebaran virus Corona atau Covid-19. Salah satunya dilakukan oleh komunitas Rumah Banjarsari yang menginisiasi terbentuknya lumbung pangan.

Direktur Rumah Banjarsari, Zen Zulkarnaen, mengatakan, gagasan berbagi di tengah status Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona di Solo karena kerjasama dan solidaristas antarkomunitas akan sangat membantu pada saat situasi semakin memburuk. "Saat nanti korban terus meningkat, rumah sakit tidak bisa menampung karena ada keterbatasan, maka perlu ada kekuatan masyarakat untuk bisa saling support," kata Zen saat dihubungi Republika, Ahad (29/3).

Baca Juga

Karenanya, Rumah Banjarsari menginisiasi gerakan berbagi yang dimulai dengan pembagian cairan pembersih tangan atau hand sanitizer sejak beberapa waktu lalu. Selanjutnya, inisiasi lumbung pangan yang merupakan konsep lama orang Jawa yang sekarang mulai ditinggalkan.

Rumah Banjarsari mengumpulkan sedikit demi sedikit bahan pokok tahan lama seperti beras, mi instan dan sebagainya sebagai stok bersama. Jika situasi memburuk, masyarakat diisolasi di rumah tidak bisa bekerja. Berbeda dengan aparatur sipil negara (ASN) yang mendapat gaji setiap bulan, pekerja sektor nonformal seperti pedagang tidak mendapat pemasukan jika tetap di rumah.

"Minimal dari lumbung pangan komunitas ini kami petakan kami bisa bagi minimal untuk kebutuhan pokok. Karena kita tidak bisa sepenuhnya hanya mengandalkan pemerintah sehingga perlu kesadaran solidaritas di masyarakat," ucapnya.

Nantinya, penyaluran donasi akan dilakukan pendataan berbasis komunitas. Sementara ini, Rumah Banjarsari mempriortaskan komunitas dan warga sekitar. Apabila dukungan meluas dalam arti komunitas punya lumbung pangan banyak, nantinya penyaluran donasi akan diperluas.

Saat ini, pengumpulan bahan pokok untuk lumbung pangan sudah dimulai. Di posko Rumah Banjarsari sudah ada beberapa bahan pokok seperti mi instan, beras, kerupuk mentah, dan bahan-bahan mentah yang tidak mudah busuk. "Ini tidak langsung kami distribusikan tetapi kami simpan sebagai lumbung untuk nanti kami lihat kondisi darurat baru kami bagikan ke rekan-rekan dari lingkaran terdekat dan diperluas," ungkapnya.

Terkait protokol penyaluran donasi, Zen menjelaskan, ada dua opsi yakni warga datang ke posko Rumah Banjarsari atau relawan mendagangi warga. Sebelumnya, pembagian hand santizer dilakukan dengan cara warga mendatangi posko Rumah Banjarsari. Di posko disediakan pintu kecil, di dalamnya disediakan tempat cuci tangan dan sabun serta hand sanitizer. Warga sudah membawa botol sendiri dan mengambil hand sanitizer sesuai takaran. Untuk penyaluran dengan opsi kedua masih mengalami kendala terkait jumlah relawan. Saat ini baru ada lima relawan yang aktif.

"Ini pemantik semoga di tempat lain menginisiasi hal seperti ini sehingga masyarakat punya ketahanan pangan sendiri. Kami berharap ini semakin meluas dan diduplikasi komunitas-komunitas," pungkasnya.

Gerakan berbagi di tengah status KLB Corona juga diinisiasi oleh komunitas Joli Jolan di Solo. Setiap Sabtu siang, Joli Jolan melakukan program pembagian makanan gratis, masker dan sabun cair gratis kepada warga sekitar. Selanjutnya, membuat paket gizi peningkat daya tahan tubuh yang terdiri dari nasi, sayur, ayam, buah dan susu yang diedarkan sore sampai malam hari.

"Selain masker dan sabun cair, mulai pekan depan diadakan program lumbung pangan yang isinya akan disalurkan kepada pekerja informal dan kalangan marjinal," terang salah satu inisiator komunitas Joli Jolan, Septina Setyaningrum, saat dihubungi Republika.

Rencananya, lumbung pangan mulai direalisasikan pada 30 Maret 2020. Sasarannya pekerja informal dan masyarakat marjinal, kelompok orang dalam pemantauan (ODP), dan komunitas lain.

Saat ini, Joli Jolan mulai menerima donasi berupa sembako seperti beras, gula, kecap, minyak goreng, telur, daging, susu, mie instan, kopi/teh, roti/biskuit, susu cair/kental manis/bubuk, dan madu. Donasi tersebut berasal dari relawan, masyarakat yang ingin melakukan gerakan solidaritas tetapi harus tetap di rumah, serta komunitas lain. Sejak Solo dinyatakan KLB Corona, banyak warga yang ingin berpartisipasi dari rumah lewat Joli Jolan, maka selama KLB Joli Jolan menerima donasi berupa uang lewat rekening yang telah ditentukan.

"Anjuran pemerintah supaya bekerja dari rumah tidak mungkin dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat karena belum adanya realisasi bantuan yang bisa membuat mereka benar-benar bisa di rumah selain yang homeless. Apabila kebutuhan pokok berupa pangan bisa diakses tanpa harus bekerja keluar rumah, maka anjuran pemerintah untuk work from home bisa dipatuhi," papar Septina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement