REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pengungsi korban banjir bandang di Kampung Seupang Desa Pajagan Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak sejak tiga bulan terakhir ini kesulitan untuk menerima akses pelayanan kesehatan, karena harus pergi ke Puskesmas setempat dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer.
"Kami berharap pemerintah daerah membuka posko pelayanan untuk melayani warga korban banjir bandang yang kini tinggal di tenda pengungsian," kata Abas (30) seorang warga pengungsi di Kampung Seupang Kabupaten Lebak, Banten, Ahad (29/3).
Pelayanan kesehatan tersebut sangat vital karena pengungsi korban banjir bandang yang tinggal di tenda pengungsi kesulitan untuk menerima pengobatan atau pelayanan kesehatan dari tenaga medis.
Mereka jika berobat pergi ke Puskesmas setempat harus menempuh sekitar 10 kilometer dengan kondisi jalan bebatuan.
Saat ini, memasuki musim hujan tentu berpotensi timbulnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan banyak anak-anak balita terserang penyakit tersebut.
Masyarakat yang tinggal di tenda pengungsian itu, tentu tidak sehat dan tak layak huni, karena tenda terbuat dari plastik terpal dan lantai tanah serta tidur di atas bale-bale yang terbuat dari bambu juga jika kemarau panas menyengat dan bila hujan kebocoran.
Penyebaran penyakit ISPA sangat rawan menyerang anak-anak balita mengalami demam, suhu tinggi, batuk, sesak napas dan pilek.
"Kami belum lama ini anaknya berusia dua tahun mengalami sakit demam, suhu badan tinggi serta batuk-batuk terpaksa dirawat di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung dengan biaya sendiri tanpa memiliki jaminan BPJS bantuan pemerintah. Beruntung, perawatan hanya seharian dengan biaya Rp500 ribu," kata Abas .
Menurut dia, dirinya dan masyarakat yang tinggal di tenda pengungsian mendambakan adanya petugas posko pelayanan medis selama 24 jam untuk melayani kesehatan dan pengobatan.
Umumnya, kata dia, kasus penyakit di tenda pengungsian itu, selain ISPA juga diare karena mereka kesulitan mendapat pasokan air bersih juga kondisi lingkungan kumuh.
Selain itu juga pendapatan ekonomi warga relatif kecil sehingga konsumsi makanan yang bergizi sangat minim.
"Kami berharap Bupati Lebak dan wakil rakyat dapat memperjuangkan petugas medis membuka pelayanan kesehatan di posko pengungsian Kampung Seupang," katanya menjelaskan.
Begitu juga Arman,seorang warga pengungsian mengharapkan pemerintah daerah membuka posko pelayanan medis, karena saat ini warga yang tinggal ditenda pengungsian Kampung Seupang sebanyak 50 unit dengan 70 KK dan 290 jiwa.
Karena itu, masyarakat di sini tentu sangat mendambakan petugas medis untuk melayani pengobatan juga sosialisasi pentingnya edukasi kesehatan.
"Kami juga terkadang sakit,terlebih usia sudah lanjut dan jika sakit cukup dedaunan atau herbal, karena jarak tempuh ke Puskesmas setempat cukup berjauhan ditambah kondisi jalan rusak," katanya menjelaskan.
Plh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Triyatno Supiyono mengatakan bahwa dirinya memerintahkan kepada petugas Puskesmas Pajagan agar membuka posko pengobatan di lokasi tenda pengungsian Kampung Seupang.
Posko pengobatan itu untuk mempermudah pelayanan pengobatan jika mereka terserang penyakit menular,terlebih saat ini memasuki masa pembatasan sosial untuk pencegahan penyebaran virus corona atau COVID-19.
"Kami minta petugas kesehatan itu bisa bergiliran untuk melayani kesehatan di lokasi yang terdampak bencana banjir bandang jika tidak membuka posko itu," katanya.