REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti apa kriteria rumah yang islami? Dalam Alquran, rumah dilukiskan dengan dua kata. Pertama, bait yang berarti 'tempat tinggal di waktu malam.' Kedua, sakan atau maskan yang berarti 'tempat ketenangan'. Di sanalah orang dapat menenangkan diri setelah sebelumnya sibuk dalam rutinitas atau emosinya bergejolak.
Pada prinsipnya, ajaran Islam tidak memperinci tentang bagaimana seharusnya Muslim memilih rumah atau membangun rumah. Meskipun demikian, ada beberapa isyarat dari Alquran, Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta ungkapan para alim ulama tentang bagaimana rumah yang ideal serta bagaimana memilih hunian.
Ada satu ungkapan Arab yang amat populer dalam memilih rumah: Al-jaar qabla ad-daar. Artinya, "Tetangga sebelum tempat tinggal."
Maksudnya, sebelum Anda memilih rumah, perhatikan terlebih dahulu dengan siapa Anda akan bertetangga. Sebab, betapapun baiknya rumah tempat Anda tinggal, jika tetangga atau lingkungan sekitar Anda buruk, ketenangan yang dicari tidak akan Anda rasakan. Salah satu fungsi rumah ialah memberikan ketenangan bagi penghuninya.
Di antara unsur yang bisa memberi ketenangan pada rumah dan penghuninya adalah tersedianya ruang-ruang yang dapat menciptakan ketenangan. Sebagai contoh, ruang untuk shalat.
Kebiasaan Rasul SAW juga dapat menjadi pertimbangan. Misalnya, beliau menganjurkan agar tidur menghadap ke arah kiblat. Yang tak disukai beliau, buang air kecil atau besar menghadap ke kiblat. Maka dari itu, ada baiknya rumah ditata dengan mengindahkan petunjuk-petunjuk ini.
Sekali lagi, ketenangan itu harus dirasakan oleh seluruh penghuni rumah. Jika di dalam satu keluarga ada anak perempuan dan lelaki, agama kita memerintahkan agar mereka dipisahkan tempat tidurnya. Oleh karena itu, ruangan pun harus ditata sedemikian rupa sehingga orang tua dan anak-anak masing-masing tak terganggu ketenangannya. Bila di rumah ada asisten rumah tangga (ART), maka ketenangan pun harus pula dirasakan oleh ART.