Senin 30 Mar 2020 12:22 WIB

Kisah Sahabat Nabi yang Tergesa Sehabis Shalat

Sahabat Nabi SAW ini sering tergesa pergi dari masjid sehabis shalat subuh.

Red: Hasanul Rizqa
Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Dujanah tak ubahnya para sahabat Nabi SAW. Ia gemar shalat berjamaah lima waktu di masjid.

Suatu kali, Rasul SAW baru saja usai memimpin shalat subuh di masjid. Nabi SAW lantas melihat, Abu Dujanah tergesa-gesa meninggalkan masjid, tanpa menunggu pembacaan doa yang dibawakan beliau.

Baca Juga

Kejadian yang sama terus berulang pada hari-hari berikutnya tiap bakda subuh. Maka, Rasulullah SAW mencoba mencari tahu penyebab kebiasaan Abu Dujanah itu.

"Wahai Abu Dujanah, apakah engkau tidak memiliki permintaan yang perlu engkau panjatkan ke hadirat Allah sehingga engkau sering meninggalkan masjid sebelum aku selesai berdoa?" tanya beliau.

"Wahai Rasulullah, saya memiliki satu alasan mengapa sering buru-buru meninggalkan masjid seusai shalat subuh," jawab Abu Dujanah.

"Ceritakanlah!"

"Rumah saya bersisian persis dengan rumah tetangga. Pekarangan tetangga saya ini ditumbuhi pohon kurma yang dahannya menjulang, masuk ke halaman rumah saya. Tiap kali angin malam berembus, tak sedikit buah kurma dari pohon itu jatuh dan mendarat di depan pintu rumah saya."

"Sementara itu," lanjut Abu Dujanah, "Keluarga kami termasuk yang seadanya. Sering kali anak-anak saya tidur dalam kondisi kelaparan karena tak ada makanan. Maka, ketika mereka bangun dan melihat kurma-kurma berserakan di depan pintu, mereka pun memakannya."

Abu Dujanah lantas menceritakan, pernah suatu ketika anaknya kedapatan memakan kurma yang jatuh dari pohon tetangganya itu. Maka, ia pun berupaya sekuat tenaga untuk mengeluarkan kurma yang terlanjur dimakan tadi dari mulut anaknya.

"Wahai anakku, janganlah engkau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak. Demi Allah, hingga nyawamu lepas pun, aku akan mengeluarkan kurma itu agar tak ada harta haram masuk dalam perutmu," demikian Abu Dujanah menirukan kata-katanya ke anaknya itu.

Oleh karena itu, lanjut Abu Dujanah, dirinya sering meninggalkan masjid terburu-buru usai shalat subuh. Harapannya, ia masih memiliki waktu untuk mengumpulkan buah-buah kurma dari pohon tetangga yang jatuh di halaman rumahnya. Jangan sampai anak-anaknya melihat kurma itu terlebih dahulu sehingga memakannya karena terdorong rasa lapar.

Mendengar cerita itu, Rasulullah SAW menangis terharu. Beliau kemudian ingin mencari tahu siapa pemilik pohon kurma itu.

Kemudian, beliau mengetahui, pemiliknya adalah seorang pria dari kalangan munafik.

Setelah mengetuk pintu, Nabi SAW menanyakan kepada pemilik pohon kurma itu, "Apa bisa engkau menjual pohon kurma itu? Aku akan membelinya dengan pohon senilai 10 kali lipat. Pohon itu terbuat dari batu zamrud berwarna biru, disirami emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada.”

Rasulullah SAW sedang menjelaskan keadaan pohon di surga. Mendengar itu, pria munafik itu justru membentak.

"Saya tidak mau menjual dengan sistem jatuh tempo! Saya mau bayar sekarang," kata dia.

Abu Bakar kebetulan lewat di dekat rumah itu. Setelah mengetahui duduk perkaranya, Abu Bakar pun membeli pohon kurma itu tanpa menawar.

Pria munafik itu senang bukan kepalang. Ia berkata kepada istrinya, "Lihatlah! Aku mendapatkan uang banyak dari menjual pohon kurma kita, padahal pohon itu masih di pekarangan kita dan kita pun dapat memakan buahnya seperti biasa!"

Setelah itu, pohon kurma itu pun diberikan kepada Abu Dujanah sehingga sahabat Nabi SAW ini tak perlu lagi khawatir anak-anaknya akan memakan buah kurma yang jatuh itu. Abu Dujanah pun bersuka cita. Kini, ia tak usah lagi buru-buru pergi sehabis shalat subuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement