Senin 30 Mar 2020 13:11 WIB

Thailand Tutup Phuket untuk Kendalikan Penyebaran Covid-19

Thailand melakukan karantina wilayah di Phuket hingga satu bulan.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Salah satu daerah wisata di Phuket, Thailand
Foto: Phuket.net
Salah satu daerah wisata di Phuket, Thailand

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK — Pemerintah Thailand memberlakukan lockdown di Phuket, salah satu pulau di negara itu mulai pada Senin (30/3) hari ini. Langkah itu dilakukan sebagai upaya terbaru dalam mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19) di area yang terkenal sebagai area wisata tersebut. 

Lockdown di Phuket akan berlangsung selama setidaknya satu bulan. Meski demikian, Gubernur provinsi tersebut, Pakkapong Taweepat mengatakan karantina wilayah akan dikecualikan bagi kapal, mobil, dan truk yang membawa barang atau menyediakan jasa penting. 

Baca Juga

Pada pekan lalu, Pemerintah Thailand telah menerapkan pembatasan, di mana bisnis-bisnis yang tidak penting ditutup dan perjalanan antar-provinsi tak dianjurkan bagi seluruh warga di negara itu. Dilansir The Strait Times, perekonomian di Phuket telah dilaporkan mulai pulih di tengah kondisi wabah saat ini. Sekitar 56 persen dari pendapatan provinsi tersebut berasal dari pariwisata. 

Penerimaan pariwisata asing di Thailand anjlok pada Februari ke level terendah sejak 2015. Perekonomian di negara itu telah berada di jalur kontraksi terburuk tahun sejak krisis keuangan Asia yang terjadi pada era 1990-an. 

Sementara itu, banyak industri penerbangan yang juga ditutup sementara saat ini. Seperti Thai Air asia yang menangguhkan semua penerbangan domestik dan internasional.  Bangkok Airways dan Thai Airways juga harus menghentikan penerbangan karena maskapai memangkas biaya untuk mengatasi dampak Covid-19. 

Selain Phuket, wilayah di Thailand lainnya yang dikenal untuk para wisatawan adalah Pattaya dan ibu Kota Bangkok. Namun, Covid-19 membuat banyak orang yang mengurungkan niat untuk bepergian. 

Di Thailand tercatat total kasus Covid-19 adalah 1.388 pada Ahad (29/3). Terdapat tujuh kematian yang dilaporkan hingga saat ini. Pejabat negara itu mengambil berbagai langkah lainnya di tengah wabah, salah satunya dengan Angkatan Lau yang menyiapkan 1.200 tempat tidur tambahan untuk pasien yang dirawat karena penyakit ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement