REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Waktu maghrib ditandai dengan tenggelamnya matahari di kaki langit barat. Inilah momen perubahan waktu terang ke waktu gelap.
Terkait waktu maghrib, Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan suatu doa. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari antara lain al-Mas’udiyah, dari Abi Katsir.
Abi Katsir merupakan mantan budak milik Ummi Salamah. Suatu hari, Ummu Salamah bertanya kepada suaminya--Rasulullah SAW. "Wahai Rasulullah, ajarilah aku apa yang diucapkan ketika azan maghrib?"
Maka Rasul SAW menjawab:
اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا إِقْبَالُ لَيْلِكَ، وَإِدْبَارُ نَهَارِكَ، وَأَصْوَاتُ دُعَاتِكَ، فَاغْفِرْ لِي
Artinya: "Ya Allah, waktu ini adalah tibanya malammu, berakhirnya siangmu, dan panggilan suaramu. Maka, ampunilah aku."
Selain doa tersebut, waktu maghrib tentunya menjadi saat untuk melaksanakan shalat wajib. Di antara sunah Nabi SAW ialah menunaikan shalat sunah dua rakaat.
"Shalatlah dua rakaat sebelum shalat Maghrib, bagi siapa saja yang mau." Demikian sabda Nabi SAW, seperti diriwayatkan dari Ubaidullah ibn Umar.
Imam Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan, seorang Muslim jika memungkinkan hendaknya berniat dan melakukan iktikaf di masjid bakda maghrib hingga isya. Masa itu dapat diisi dengan shalat awwabin, yakni shalat yang dilakukan antara maghrib dan isya.
Imam Ghazali mengutip sabda Nabi SAW, "Barang siapa yang shalat setelah maghrib enam rakaat dan tidak menyelanya dengan obrolan maka dihitung ibadah 12 tahun."