Selasa 31 Mar 2020 03:44 WIB

Dompet Dhuafa Siapkan Program Coronanomics Hadapi Covid-19

Ada tiga tahap yang harus dilakukan pada fase resesi saat pandemi corona

Rep: Fuji E Permana/ Red: Hiru Muhammad
Kelompok tani yang diinisiasi oleh PT Karya Masyarakat Mandiri (KMM) Dompet Dhuafa. Tetap bekerja demi menghasilkan pangan yang sehat.
Foto: Dompet dhuafa
Kelompok tani yang diinisiasi oleh PT Karya Masyarakat Mandiri (KMM) Dompet Dhuafa. Tetap bekerja demi menghasilkan pangan yang sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa sedang menyiapkan program coronanomics atau program ekonomi pemberdayaan bersekala keluarga yang dipicu  wabah virus corona atau Covid-19. Coronanomics juga dapat membantu masyarakat menghadapi karantina wilayah saat pandemi Covid-19.

Direktur Program Dompet Dhuafa, Bambang Suherman mengatakan, ada tiga tahap yang harus dilakukan pada fase resesi saat pandemi corona. Pertama, memastikan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat terutama di 14 hari kritis. Karena dinamika sosial akan menjadi lebih landai akibat proses karantina wilayah.

"Kita menyadari sumber daya yang terbatas ini tidak akan mampu mendukung dalam jangka waktu yang panjang agar masyarakat tetap memiliki bahan kebutuhan dasar, maka kita memilih bahan-bahan kebutuhan ini mana yang bisa diproduksi sendiri secara mandiri," kata Bambang kepada Republika, Senin (30/3).

Ia menjelaskan, maka di tahap kedua Dompet Dhuafa menyiapkan program coronanomics yang bisa disebut lingkaran ketangguhan pangan berbasis keluarga. Dompet Dhuafa mendorong masyarakat untuk menginisiasi bentuk-bentuk pertanian dan peternakan sederhana yang berbasis pekarangan sempit.

Dompet Dhuafa sangat menaruh konsentrasi untuk mengkaji model pertanian dan peternakan yang sederhana bersama sejumlah komunitas kebun. Sehingga ditemukan cara mengoptimalkan lahan-lahan yang ada di pekarangan rumah warga di kota-kota urban seperi Jabodetabek.

"Masyarakat yang memiliki lahan pekarangan bisa dijadikan sebagai tempat untuk memproduksi sayur seperti kangkung, bayam, tomat dan cabai, itu sangat mudah diproduksi dalam pot," ujarnya.

Bambang mengatakan, ada gagasan tambahan untuk program coronanomics di wilayah perkotaan. Dompet Dhuafa sedang mencoba melihat potensi pertanian komunal dengan memanfaatkan lahan tidak terpakai di lingkungan RT dan RW. Lahan tersebut bisa digunakan secara kolektif oleh masing-masing anggota keluarga, mereka bisa menanam tanaman yang bermanfaat.

Untuk peternakan berbasis pekarangan harus memilih yang bisa cepat dipanen. Misalnya dalam usia satu setengah bulan sudah bisa panen. Dompet Dhuafa sedang mengkaji peternakan yang menggunakan kandang portabel dan proses panennya cepat.

"Misalnya ayam pedaging ada yang bisa panen di waktu 60 sampai 90 hari, atau budidaya lele dengan menggunakan drum itu juga bisa panen dalam waktu dua bulan, volume panennya cukup besar bisa sampai 2.000 ekor lele," jelasnya.

Bambang menegaskan, kalau program coronanomics bisa dikelola maka lingkaran keluarga bisa menyediakan dua hal yakni asupan protein dari peternakan dan asupan serat dari sayuran.

"Jadi pada tahap pertama (karantina wilayah) adalah bantuan langsung berupa kebutuhan pokok di 14 hari pertama karena fase kritis, tahap kedua kita coba (program coronanomics) untuk memproduksi hal-hal yang memungkinkan, kalau suplai terbatas maka kita perlu produksi sendiri," katanya,

Bambang menambahkan, di tahap ketiga menstimulasi UMKM dengan menjalankan program kepercayaan sosial. Jadi harus ada keberanian memberikan biaya kepada UMKM yang tidak ada agunan, jadi modelnya adalah kepercayaan sosial. Fase ketiga bisa dilaksanakan setelah wabah Covid-19 mulai reda.

Ia menyampaikan, program coronanomics akan diterapkan di seluruh Indonesia di wilayah urban. Untuk di wilayah Jabodetabek, tiga tahapan program termasuk program coronanomics bisa untuk menghadapi karantina wilayah saat pandemi corona.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement