Senin 30 Mar 2020 22:21 WIB

Teperdaya 'Keampuhan' Suplemen Penangkal Corona

Belum ada bukti ilmiah suplemen apapun dapat menangkal infeksi virus corona.

Rep: Adysha Citra Ramadani, Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Belanja suplemen. Banyak orang teperdaya dengan klaim suplemen tertentu bisa menjadi penangkal virus corona.
Foto: abc
Belanja suplemen. Banyak orang teperdaya dengan klaim suplemen tertentu bisa menjadi penangkal virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain masker dan hand sanitizer, suplemen untuk imunitas tubuh juga menjadi barang yang banyak dicari sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Beberapa jenis suplemen bahkan mulai langka di pasaran.

Beberapa jenis suplemen yang saat ini paling banyak dicari adalah vitamin, herbal, serta ekstrak tanaman tertentu. Tak sedikit orang yang rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli beragam jenis suplemen ini dalam jumlah besar sebagai "persediaan" di rumah.

Baca Juga

Padahal, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa konsumsi suplemen dapat menurunkan kemungkinan seseorang untuk tertular Covid-19. Belum ada bukti pula yang menunjukkan bahwa konsumsi suplemen dapat meminimalisasi tingkat keparahan Covid-19 pada seseorang yang terinfeksi.

Beberapa ahli lebih melihat fenomena tingginya penjualan suplemen saat ini sebagai bentuk keputusasaan orang-orang untuk meningkatkan sistem imun mereka. Menurut ahli, orang-orang tersebut hanya ingin meringankan tingkat kecemasan yang mereka rasakan terhadap situasi saat ini.

Ironisnya, beberapa perusahaan dan penjual produk kesehatan justru memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungan. Bisa dilihat, ada beragam produk yang membanjiri media sosial dengan klaim dapat mencegah atau menyembuhkan Covid-19. Produk-produk ini tak hanya terbatas pada suplemen, tetapi juga air garam, krim, hingga pasta gigi.

"Apa yang tidak kita butuhkan dalam situasi saat ini adalah perusahaan memangsa konsumen dengan cara mempromosikan produk mereka disertai dengan klaim pencegahan dan pengobatan yang menipu," ungkap Ketua Federal Trade Commission Joseph Simons, seperti dilansir Channel News Asia.

Suplemen yang paling banyak diminati adalah suplemen-suplemen yang sejak lama menjadi objek penelitian untuk pereda salesma dan flu. Beberapa contohnya adalah zinc, vitamin D dan ekstrak elderberry.

Beberapa penelitian acak terhadap Zinc menunjukkan bahwa Zinc dapat menurukan risiko seeorang untuk terkena salesma dan berpotensi untuk memperpendek durasi sakit hingga 20 persen. Beberapa percobaan juga menunjukkan bahwa vitamin D dalam dosis sedang dapat menurunkan risiko selesma dan flu. Sedangkan ekstrak elderberry dinilai dapat memendekkan durasi dan tingkat keparahan salesma dan flu.

photo
Gejala Covid-19, selesma, dan flu - (Republika)
 
Mengaitkan Covid-19 dengan selesma dan flu

Akan tetapi, sebagian bukti terkait efektivitas suplemen-suplemen ini tidak kuat. Selain itu, studi-studi yang ada lebih menyoroti hubungan suplemen dengan risiko selesma dan flu. Tak ada jaminan bahwa manfaat yang sama akan berlaku pada kasus Covid-19.

Virus penyebab salesma dan flu berbeda dengan virus penyebab Covid-19. Sebagai contoh, Covid-19 memiliki dampak yang lebih berat pada saluran pernapasan bawah dan memiliki masa inkubasi yang lebih lama dibandingkan selesma dan flu.

Selain itu, mengonsumsi suplemen dalam dosis besar juga berpotensi menyebabkan masalah kesehatan. Konsumsi Zinc dalam kadar yang tinggi misalnya, dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap zat tembaga dan meningkatkaan risiko anemia.

Vitamin D juga tak bisa dimetabilisme dengan efektif tanpa kadar magnesium yang cukup di dalam tubuh. Vitamin D dalam dosis tinggi juga bisa menjadi racun bagi tubuh.

Perlu diingat pula bahwa suplemen vitamin dan herbal bisa berinteraksi dengan obat-obatan resep dokter. Interaksi ini bisa menurunkan efektivitas obat yang sehdang dikonsumsi. Interaksi dengan obat pengencer darah bahkan bisa berujung pada kondisi yang membahayakan.

Siapa butuh suplemen?

Tentu bukan berarti suplemen tidak bermanfaat. Suplemen bisa memberi manfaat yang optimal bila dikonsumsi oleh orang-orang yang membutuhkan, seperti ibu hamil atau orang-orang yang mengalami defisiensi zat gizi.

Namun, untuk orang-orang dewasa sehat yang khawatir terhadap Covid-19, menerapkan pola makan yang seimbang dan bergizi jauh lebih baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dibandingkan sekedar mengonsumsi suplemen. Pola makan yang sehat ini juga perlu diimbangi dengan tidur yang cukup dan olahraga teratur.

"Ini merupakan waktu untuk mulai menerapkan perilaku hidup yang dapat mendukung kesehatan Anda, bukan mengonsumsi sesuatu yang secara tidak tepat dianggap sebagai immune booster dalam jumlah besar," papar ahli gizi dari Ohio Ashley Koff.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement