REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Maskapai penerbangan bertarif rendah asal Inggris, Easyjet telah menghentikan penerbangan sementara (grounded) 344 pesawatnya sampai batas waktu yang belum ditentukan. Kebijakan ini merupakan dampak dari perlambatan aktivitas penerbangan di tengah upaya global menekan penyebaran virus corona (Covid-19).
Seperti dilansir Reuters, Senin (30/3), Easyjet juga berencana memberhentikan 4.000 awak kabinnya yang berbasis di Inggris selama dua pekan per 1 April. Tapi, mereka tetap akan mendapatkan 80 persen dari upah rata-rata mereka.
Pandemi Covid-19 diketahui telah membuat perjalanan udara di kawasan Eropa terhenti. Dampaknya, maskapai harus kekurangan pendapatan dan berjuang untuk tetap bisa bertahan hidup. Berbagai upaya dilakukan termasuk mencari dukungan pemerintah seperti yang dilakukan maskapai penerbangan kecil, Loganair.
Pada hari yang sama dengan kebijakan grounded, saham Easyjet hilang 10 persen. Pada bulan lalu, separuh nilai saham maskapai sudah turun terlebih dahulu. Kini, Easyjet memiliki kapitalisasi pasar sekitar 2,3 miliar pound (2,9 miliar dolar AS).
Analis dari Hargreaves Landsdown, William Ryder, menyebutkan, Easyjet masih memiliki likuiditas yang cukup untuk bertahan hidup dengan melakukan grounded. "Tapi, jika gangguan ini berkepanjangan atau pemulihannya lamban, Easyjet bisa dalam masalah nyata," katanya.
Easyjet mendapat tekanan tambahan dari pemegang saham terbesarnya, Stelios Haji-Ioannou. Ia bersama keluarganya tercatat memiliki sepertiga saham di Easyjet.
Dalam sebuah surat yang diterima pimpinan Easyjet pada Ahad (29/3), Haji-Ioannou mengatakan, mereka akan membatalkan atau menegosiasikan kembali pesanan 107 pesawat Airbus senilai 4,5 miliar pound. Pesanan tersebut dinilai hanya akan menghancurkan nilai pemegang saham.
Sementara itu, Easyjet mengatakan akan fokus pada likuiditas jangka pendek. Termasuk menghilangkan beberapa komponen ongkos produksi dan mengurangi pembayaran kepada pemasok apabila memungkinkan.
Easyjet menyebutkan, kebijakan grounded akan menghilangkan ongkos perusahaan secara signifikan. Perusahaan kini juga dalam tahap pembicaraan dengan asosiasi pilot Inggris, BALPA, mengenai kesepakatna yang menguntungkan kedua belah pihak.
"Kami bekerja tanpa lelah, memastikan Easyjet terus diposisikan dengan baik untuk mengatasi tantangan virus corona," ujar CEO Easyjet Johan Lundgren dalam sebuah pernyataan.