Senin 30 Mar 2020 23:04 WIB

Unair Bantah Tim Dosennya Temukan Obat Corona

Penelitian yang dilakukan hanya untuk menghasilkan suatu produk makanan.

Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Universitas Airlangga Surabaya membantah jika tim dosennya yang berhasil menemukan obat atau suplemen penangkal virus Corona penyebab Covid-19.

Wakil Rektor IV Unair Bidang Bisnis dan Alumni Prof Junaidi Khotib di Surabaya, Senin, mengatakan penelitian yang dilakukan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Dr Abdul Rohim Tualeka yang beredar adalah penelitian untuk menghasilkan suatu produk makanan.

Baca Juga

"Suatu produk makanan tidak boleh dilakukan klaim atau mengarahkan indikasi terhadap penanganan suatu penyakit," ujarnya.

Menurut dia, produk edar seharusnya terdapat Sertifikat Produksi Pangan - Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), dan nomor izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Jika ada bahan dari makanan yang mempunyai khasiat tertentu, kata dia, harus dibuktikan terlebih dahulu melalui berbagai tahapan, antara lain uji keamanan, uji khasiat, dan uji klinis.

Ketika suatu produk diarahkan menjadi obat, baru bisa ada klaim atau indikasi penggunaan dari obat tersebut.

"Proses penelitian yang dilakukan Abdul Rohim masih sebatas formula makanan untuk upaya menjaga kesehatan. Produk itu berisi coklat, ekstrak delima, dan serbuk tambahan dalam beberapa jumlah," ucapnya.

Perihal klaim khasiat yang disampaikan Abdul Rohim di media, lanjut dia, merupakan pernyataan pribadi dan belum ada uji bukti yang dilaporkan ke pihak universitas.

Ia menegaskan, produk yang dikerjakan tersebut dikerjasamakan dengan pihak lain yang tidak ada hubungan sinergi dengan Unair. Dengan begitu klaim-klaim tersebut berada di luar tanggung jawab lembaga.

"Penelitian harus dilakukan berdasarkan atas kaidah saintifik, legalitas, dan etika. Ketika tiga hal itu bisa terpenuhi, maka data penelitian bisa digunakan untuk data dukung untuk mendaftarkan produk penelitian supaya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum," katanya.

Unair telah ditunjuk Pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga yang dapat melakukan tes Covid-19 sehingga telah dibentuk Tim Riset yang diketuai Prof Soetjipto.

Kemudian, layanan pasien terjangkit virus dikomandani Prof Dr Nasronudin di Rumah Sakit Unair, dan untuk identifikasi virus dikomandani oleh Prof Maria Lucia Inge Lusida di Lembaga Penyakit Tropis (LPT).

Berikutnya, untuk mengembangan produk yang bisa memberikan manfaat, baik mencegah maupun mengobati COVID-19, dikomandani oleh Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement