Selasa 31 Mar 2020 12:16 WIB

Suriah Konfirmasi Kematian Pertama Akibat Covid-19

Kementerian Kesehatan Suriah mengonfirmasi kematian pertama akibat Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Kementerian Kesehatan Suriah mengonfirmasi kematian pertama akibat Covid-19. Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.
Foto: Nabil Mounzer/EPA
Kementerian Kesehatan Suriah mengonfirmasi kematian pertama akibat Covid-19. Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kementerian Kesehatan Suriah mengonfirmasi kematian pertama akibat virus corona jenis baru atau Covid-19. Seorang wanita meninggal dunia pada Ahad setelah dibawa ke rumah sakit.

Selain itu, sembilan orang lainnya dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Ada kekhawatiran bahwa virus ini akan menyebar dengan cepat di tengah konflik yang melanda Suriah.

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hanya 64 persen rumah sakit umum yang berfungsi secara penuh di Suriah. Namun mereka kekurangan tenaga terlatih. Enam juta orang terlantar dan tinggal di kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak dengan infrastruktur air dan sanitasi tidak memadai. Kondisi ini menyebabkan mereka sangat rentan terkena berbagai macam penyakit salah satunya virus corona.

Presiden Bashar Al Assad telah memberlakukan berbagai langkah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pemerintah memberlakukan jam malam, membatasi perjalanan antar provinsi, menutup sekolah dan perguruan tinggi, serta melarang pertemuan di ruang publik. Selain itu, pemerintah juga melarang segala bentuk peribadahan di masjid.

Organisasi Médecins Sans Frontières (MSF) telah memperingatkan bahwa penyebaran virus corona dapat terjadi dengan cepat jika tidak ada dukungan dan langkah-langkah penanganan yang tepat. Pemimpin tim proyek MSF, Ahmed, mengatakan tenda-tenda pengungsian sudah tidak dapat menampung para pengungsi Suriah.

"Kami menyaksikan orang-orang yang hidup di tempat terbuka. Kami juga melihat dua atau tiga keluarga berbagi tenda yang tidak melindungi mereka dari dingin atau hujan. Ada terlalu sedikit tenda untuk menampung para pendatang baru," kata Ahmed dilansir BBC.

Badan amal medis tersebut telah memberikan bantuan untuk melakukan pemindaian pasien di dua pusat kesehatan. Salah satunya yakni di kamp Deri Hassan yang menampung 164 ribu pengungsi.

Hingga saat ini tidak ada kasus Covid-19 yang dilaporkan di Provinsi Idlib yang merupakan kubu terakhir oposisi. Sejumlah organisasi kemanusiaan sangat prihatin dengan situasi di Idlib karena terbatasnya layanan kesehatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement