Selasa 31 Mar 2020 12:29 WIB

Karantina di Rumah, Pengguna Aplikasi Belajar Naik Drastis

Kebijakan WFH tidak banyak mempengaruhi penggunaan e-commerce

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Hiru Muhammad
Siswa SDI Az Zakiyah Rahadian Ahmad (9) mengerjakan tugas sekolah di kediamannya di Bandung, Rabu (18/3). Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah sebagai antisipasi penyebaran SARS COV-2 di Bandung. Sebagai gantinya siswa diwajibkan belajar secara mandiri dan online dari rumah masing-masing
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Siswa SDI Az Zakiyah Rahadian Ahmad (9) mengerjakan tugas sekolah di kediamannya di Bandung, Rabu (18/3). Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah sebagai antisipasi penyebaran SARS COV-2 di Bandung. Sebagai gantinya siswa diwajibkan belajar secara mandiri dan online dari rumah masing-masing

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat telah membatasi aitivitas di luar rumah sejak adanya peningkatan kasus penularan covid-19 di Indonesia. Dalam masa karantina ini, aplikasi pendidikan kian popular ditandai dengan meningkatnya jumlah pengguna aktif semenjak diberlakukannya kebijakan belajar dari rumah. 

Menurut hasil analisis big data terkait pandemi covid-19 yang dilakukan Statqo Analytics, aplikasi Ruangguru menjadi yang paling populer  dengan peningkatan pengguna aktif harian sekitar 77 persen dalam kurun waktu satu bulan terakhir.

"Menurut analisis kami hal ini bisa terjadi karena dampak dari kebijakan yang menggratiskan akses bagi seluruh pelajar di Indonesia," kata siaran pers Statqo Analytics, Selasa (31/3).

Selain itu, brand yang sudah menjadi top of mind juga menjadi salah satu faktor pendorong mengapa aplikasi ini lebih populer dan mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan pesaingnya.

Adanya kebijakan work from home (WFH) tidak serta merta meningkatkan pengguna aktif e-commerce. Secara umum, jumlah pengguna aktif e-commerce relatif stabil. Terdapat beberapa kemungkinan hal ini  bisa terjadi. 

Pertama, terjadi shifting perdagangan dimana sebagian konsumen e-commerce melakukan migrasi keluar kota-kota besar dan beralih pada perdagangan konvensional. Di sisi lain terdapat peningkatan pembelian secara online bagi masyarakat yang yang masih tetap tinggal di perkotaan. Trade-off ini mengakibatkan aggregate perdagangan via e-commerce relatif stabil.

Kedua, terdapat kemungkinan masyarakat masih belum beralih pada jual beli online karena masih tersedianya barang- barang kebutuhan di pasar tradisional dan supermarket.

Secara umum, adanya pandemik covid-19 meningkatkan penggunaan aplikasi jual beli kebutuhan pokok secara online. Adanya himbauan untuk tetap di rumah membuat traffic aplikasi belanja kebutuhan sehari-hari meningkat dengan signifikan. Penguna aplikasi Sayurbox misalnya mengalami peningkatan hingga 19 persen selama 3 minggu terakhir. 

Namun demikian, dilihat dari jumlahnya, skala penggunaan aplikasi antar barang  sembako ini belum benar-benar popular di tengah masyarakat. Hal ini bisa jadi karena masyarakat masih memilih untuk berbelanja secara offline di warung-warung yang menjual kebutuhan sehari-hari, atau di pasar tradisional yang masih beroperasi. 

Secara umum konsumen dari kebutuhan sehari-hari adalah ibu rumah tangga, dimana persentase penggunaan aplikasi online masih kalah banyak jika dibandingkan dengan berbelanja secara langsung atau offline.

Sektor transportasi dan pariwisata merupakan yang paling terdampak wabah ini. Hingga akhir Maret 2020, aktifitas transportasi online terus mengalami penurunan. Berdasarkan data rata-rata jumlah pengguna harian, penurunannya diperkirakan mencapai 17 persen selama 1 bulan terakhir.

Berdasarkan data traffic website maskapai penerbangan, industri  penerbangan nasional mengalami penurunan sebesar 44 persen selama  1 bulan terakhir. Berdasarkan data traffic website biro wisata dan perhotelan, industri pariwisata dan perhotelan nasional secara rata-rata mengalami penurunan sebesar 55 persen selama 1 bulan terakhir. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement