REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran diturunkan tak hanya untuk manusia, melainkan juga bangsa jin. Terkait ini, Imam Bukhari dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang berkata, “Rasulullah tak pernah sekalipun membacakan Alquran (secara khusus) kepada bangsa jin, dan tidak pernah pula melihat mereka."
Riwayat dari Ibnu Abbas juga menceritakan kisah jin yang pertama kali mendengarkan Alquran. Setelah kelahiran Muhammad SAW, bangsa jin memang tak lagi leluasa mendengar berita-berita langit. Dahulu, mereka terbiasa melakukan itu dengan mudah. Dengan kabar yang mereka "curi" dari langit itu, mereka pun membohongi manusia melalui perantaraan lisan para dukun atau semacamnya yang bekerja sama dengan jin.
Maka, para jin pun keheranan. Mengapa kini sulit betul mencuri berita dari langit? Setiap kali para jin berusaha mencuri dengar, maka mereka langsung diburu panah-panah api yang dilesatkan oleh para malaikat dari langit.
Para jin lantas berdiskusi satu sama lain. Beberapa di antaranya berkata, "Pasti sudah terjadi sesuatu di bumi ini yang belum kita ketahui. Sesuatu yang membuat kita terhalang dari mendengar berita langit!"
Jin pemimpin pun berseru, "Pergilah, berpencarlah kalian ke seluruh penjuru bumi untuk mencari tahu apa gerangan yang telah terjadi!" Jin-jin itu pun melaksanakan perintah ini.
Sementara itu, sekelompok jin baru kembali dari daerah Tihamah. Mereka lantas melihat Rasulullah SAW. Ketika itu, beliau dan para sahabat sedang melaksanakan shalat subuh.
Para jin itu lantas mendengarkan bacaan Alquran. Mereka lantas saling berkata satu sama lain, "Demi Allah, inilah yang telah menghalangi kita dari mendengar berita-berita langit!"
Setelah selesai mendengarkan bacaan Alquran, mereka lantas kembali ke kaumnya, dan berkata, "Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan!"
Sementara itu, wahyu turun kepada Nabi SAW. Yakni, surah al-Jinn ayat 1. Artinya, "Katakanlah (Muhammad), 'Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan),” lalu mereka berkata, 'Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Alquran).'"
Tentang jin yang menjadi asbabun nuzul ayat itu, Ibnul Jauzi dalam kitabnya, Shifat ash-Shafwah, meriwayatkan. Dari Sahal bin Abdillah, ia menuturkan sebagai berikut.
“Suatu hari, saya (Sahal) berada di dekat bekas pemukiman kaum ‘Ad terdahulu. Tiba-tiba, saya melihat sebuah perkampungan di permukaan tanah lapang yang berlubang.
Di tengah-tengahnya terdapat sebuah istana dari batu yang berlubang atap dan pintunya. Di lubang itu banyak jin yang bermukim. Saya lantas masuk ke istana itu untuk mencari tahu, ada apa di dalamnya.
Tiba-tiba, saya melihat seorang tua yang berbadan sangat besar tengah shalat menghadap ke Ka’bah.’ Orang tua itu memakai jubah dari wol yang sangat lembut.
Saya tidak begitu kaget melihat badannya yang besar. Saya justru lebih terheran-heran dengan lembutnya jubah yang ia kenakan. Ketika saya memberi salam kepada orang tua itu, ia pun lalu menjawab saya.
Ia lantas berkata, ‘Wahai Sahal, sesungguhnya bukan badan yang membuat pakaian seseorang lusuh. Akan tetapi, yang membuatnya lusuh dan usang adalah uap-uap dosa dan makanan haram. Sesungguhnya jubah ini telah melekat di tubuh saya selama 700 tahun. Dengan jubah inilah saya telah bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Saya lalu beriman kepada keduanya.’
Saya (Sahal) lantas berkata, ‘Siapa engkau?’
Ia menjawab, ‘Saya adalah jin yang tentangnya diturunkan ayat (al-Jinn ayat 1).'"
wallahu a'lam bishawab.